TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Argentina memutuskan untuk menarik tiga perwiranya yang saat ini tengah menjalankan misi menjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).
Penarikan pasukan ini diungkap langsung oleh Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti, Selasa (19/11/2024).
"Betul. Argentina telah meminta personel mereka kembali," kata Tenenti, dikutip dari Anadolu.
Meski tiga pasukan dari Argentina ditarik dari medan pertempuran Lebanon, namun Tenenti menegaskan bahwa kemampuan operasional UNIFIL kami tidak berubah.
Sejauh ini pihak UNIFIL hingga pemerintah Argentina tak mengungkap alasan penarikan pasukan tersebut.
Namun menurut informasi yang beredar, penarikan dilakukan untuk menghindari kebrutalan tentara Israel.
Mengingat belakangan ini pasukan pertahanan Israel (IDF) kerap menyerang pos-pos dan markas besar UNIFIL hingga menyebabkan sejumlah tentara terluka.
“Kemampuan operasional kami masih sama, meski Argentina menarik pasukannya, negara lain telah menyatakan komitmen mereka untuk tetap tinggal menjalankan tugas bersama UNIFIL," imbuh Tenenti.
Markas UNIFIL di Bombardir Israel
Sebelum Argentina menarik ketiga perwiranya, pada bulan Oktober lalu tank Merkava Israel dilaporkan menembak menara observasi di markas besar UNIFIL di Naqoura.
Hal tersebut turut dikonfirmasi UNIFIL lewat situs resminya. Dalam unggahannya UNIFIL menyebut bahwa tanggal 9 Oktober kemarin tentara IDF juga menembaki posisi PBB (UNP) 1-31 di Labbouneh.
Tembakan itu mengenai pintu masuk bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung, dan merusak kendaraan serta sistem komunikasi.
Baca juga: UNIFIL: Pasukan Penjaga Perdamaian Diberondong 30 Tembakan Orang-orang Tak Dikenal di Qallawiyah
Tak sampai disitu saja, tentara Israel juga turut menembaki UNP 1-32A di Ras Naqoura, tempat pertemuan tripartit rutin diadakan sebelum konflik dimulai, yang merusak penerangan dan stasiun relai.
Imbas serangan tersebut menara observasi di Markas Besar UNIFIL rusak. Sementara anggota TNI yang sedang memantau situasi dilaporkan terjatuh dari menara tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berdalih serangan itu dilakukan setelah mendeteksi ancaman Hizbullah di dekat pos UNIFIL. IDF lalu mengaku tidak sengaja melukai pasukan perdamaian dalam serangan itu.
Terbaru, UNIFIL melaporkan bahwa sebuah peluru artileri berkaliber 155mm menghantam markas mereka di sektor barat Lebanon Selatan.
Kemudian pada tanggal 14 November kemarin UNIFIL melaporkan bahwa salah satu rombongan mereka diserang oleh individu bersenjata tidak dikenal yang dicurigai sebagai IDF, saat menjalankan misi di Lebanon selatan.
Serangan IDF ke Markas UNIFIL Tuai Kecaman
Sejumlah negara di dunia bereaksi terhadap serangan IDF ke markas pasukan penjaga perdamaian PBB di LebanoN termasuk diantaranya AS.
Lewat Juru bicara Dewan Keamanan Amerika Serikat, Adrienne Watson, AS mengatakan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap serangan Israel ke markas UNIFIL.
Ia mengimbau IDF tidak mengancam keamanan pasukan perdamaian PBB yang ada di negara tersebut.
Kecaman serupa juga dilontarkan Kementerian Pertahanan Italia. Mereka mengatakan bahwa serangan Israel ke markas UNIFIL sama sekali tidak dapat diterima karena sudah termasuk kejahatan perang.
"Ini bukan kesalahan dan kecelakaan. Hal ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum militer internasional," jelas Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto.
Senada dengan yang lainnya Kementerian Luar Negeri Prancis juga mengutuk serangan Israel ke markas UNIFIL.
"Perlindungan pasukan penjaga perdamaian merupakan kewajiban yang berlaku bagi semua pihak yang berkonflik," bunyi pernyataan Kemenlu Prancis.
Merespon kecaman yang dilontarkan para sekutunya, IDF berdalih serangan ke markas UNIFIL dilakukan setelah mereka mendeteksi ancaman Hizbullah di daerah tersebut.
IDF kemudian menyatakan bahwa pihaknya memberikan peringatan UNIFIL untuk mengungsi beberapa jam sebelum serangan.
"Para prajurit beroperasi di Lebanon selatan mengidentifikasi sebuah ancaman mendesak terhadap mereka. Para prajurit merespons dengan menembak ke arah ancaman itu," ujar IDF, seperti diberitakan The Times of Israel.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)