News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Indeks Kinerja Iklim: Produksi Energi Terbarukan Alami Lonjakan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Indeks Kinerja Iklim: Produksi Energi Terbarukan Alami Lonjakan

Uni Eropa turun satu peringkat ke posisi ke-17 dan mendapat peringkat "sedang" untuk kinerja iklimnya secara keseluruhan.

Sementara peneliti menggambarkan kinerja iklim UE berdasarkan Kesepakatan Hijau yang sempat dirayakan sebagai kemajuan besar. Makin para peneliti menilai langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini tidak memberikan kontribusi yang adil terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca global. UE diminta untuk menghentikan investasi bahan bakar fosil dan memenuhi janji untuk menghapus subsidi minyak dan gas pada tahun 2025.

Jerman, ekonomi terbesar Uni Eropa, juga turun dua peringkat ke posisi 16 dan diberi peringkat "sedang". "Meskipun kemajuan yang cukup besar telah dicapai dalam energi terbarukan, kelambanan politik di sektor transportasi dan bangunan masih menyebabkan emisi yang tinggi," kata salah seorang peneliti Thea Uhlich dari Germanwatch.

Kedua sektor tersebut secara konsisten gagal mencapai target pengurangan emisi. LSM lingkungan Jerman BUND mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan hukum atas undang-undang iklim utama negara tersebut, dengan menyebutnya tidak memadai.

Para penulis memberikan peringkat "sedang" kepada sembilan negara UE lainnya, serta Mesir, Nigeria, Brasil, Kolombia, Vietnam, Thailand, dan Pakistan.

Apakah Cina dan AS telah mencapai puncak emisi CO2?

Cina dan AS adalah pencemar gas rumah kaca CO2 terbesar di dunia dan mendapat nilai "sangat rendah" dalam kinerja iklim.

Di AS, Undang-Undang Pengurangan Inflasi, sebuah RUU iklim yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden, telah berdampak positif pada perluasan energi terbarukan, kata para penulis. Namun, "emisi per kapita AS masih sangat tinggi pada 15,8 ton setara CO2 per tahun," tambah Höhne.

Beberapa pihak khawatir bahwa kepresidenan Trump akan menghambat aksi iklim, dan meskipun terpilihnya Trump "tentu saja bukan kabar baik" bagi iklim, kata Höhne, "masih harus dilihat" seberapa banyak undang-undang yang dapat dicabut oleh pemerintahan baru. "Bahkan Trump tidak dapat menghentikan ledakan energi terbarukan," katanya.

Adapun Cina disebut tengah mengalami lonjakan energi terbarukan yang "belum pernah terjadi sebelumnya", kata Burck dari Germanwatch.

"Emisi tampaknya hampir mencapai puncaknya. Itu akan menjadi tonggak sejarah yang nyata dan pendorong penting di seluruh dunia," katanya. Pada kuartal pertama tahun 2024, emisi CO2 di Cina turun tanpa disertai kemerosotan ekonomi. Hal ini penting karena emisi biasanya turun saat suatu negara mengalami resesi.

"Namun, untuk mengurangi emisi dalam jumlah besar dengan cepat dan berkelanjutan di Cina, kita perlu menjauh dari bahan bakar fosil," kata Burck.

Saat ini tidak ada indikasi ke arah sana; Cina masih membangun pembangkit batu bara. Namun, keadaan dapat berubah dengan rencana lima tahun baru yang tertunda.

"Ini adalah peluang besar bagi Cina untuk mendapatkan pengakuan internasional — terutama jika dibandingkan dengan pemerintahan AS di masa mendatang," katanya.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini