Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, berlaku beberapa jam setelah Presiden AS, Joe Biden, mengatakan proposal untuk mengakhiri konflik telah dicapai, di tengah harapan, proposal tersebut akan menghentikan serangan udara Israel terhadap kota-kota Lebanon dan mengakhiri pertempuran lintas perbatasan yang telah berlangsung selama setahun.
Lebih dari 3.760 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon dan lebih dari 1 juta orang mengungsi sejak Oktober lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Gencatan Senjata Buat Hizbullah Unggul?
Sebelumnya, pemimpin di wilayah Israel utara, menilai perjanjian gencatan senjata hanya akan membuat Hizbullah unggul.
Kepala Dewan Permukiman di Metula di Israel utara, David Azoulay, menepis klaim, yang mengatakan Israel telah mencapai tujuan perang dan menyebut pernyataan itu sebagai "kebohongan".
"Mengapa pemerintah paling sayap kanan dalam sejarah Israel mengarah kepada perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah?" ujar dia.
Wali Kota Kiryat Shmona, Avichai Stern, menyatakan kekhawatiran, gencatan senjata bisa mengulang skenario Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Ia mendesak pemimpin Israel untuk menghindari menempatkan pemukim di wilayah utara dalam risiko.
"Kami bisa saja menjadi sandera berikutnya. Saya tidak mengerti bagaimana kita telah beralih dari kemenangan total ke penyerahan total," kata Stern.
Baca juga: Jebakan Hizbullah Berhasil, 6 Tank Merkava Israel Hancur, IDF Pilih Mundur dari Al-Bayyada
Ketua "Forum Pemukiman Garis Depan" di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, Moshe Davidovich, mengkritik pemerintah Israel karena membuat keputusan yang "melebihi kemampuan kami."
Ia berpendapat, "Kami tidak dapat kembali ke utara dengan aman berdasarkan kesepakatan gencatan senjata."
"Kami ingin hidup aman, dan pemerintah telah gagal menyediakannya," tegas dia.
Dalam komentarnya kepada Channel 12 Israel, Davidovitch menggambarkan dampak operasi Hizbullah terhadap permukiman utara.
Menurutnya, "Jalan-jalan hancur, dan perang telah menghancurkan mata pencaharian, ekonomi, pariwisata, dan pertanian."
(oln/ToI/*)