Para pemimpin dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan menyambut baik berita berakhirnya "agresi" Israel terhadap Lebanon, seraya menekankan "dukungan kuat Iran bagi pemerintah, bangsa, dan perlawanan Lebanon."
Cina mengatakan akan memperhatikan dengan seksama situasi terkini di Lebanon dan Israel. "Kami mendukung semua upaya yang kondusif untuk meredakan ketegangan dan mencapai perdamaian serta menyambut baik kesepakatan yang dicapai oleh pihak-pihak terkait mengenai gencatan senjata," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning.
Sejumlah pejabat senior Uni Eropa juga menyatakan kelegaan atas pengumuman gencatan senjata ini. Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menulis di X bahwa ini adalah "berita yang sangat menggembirakan" terutama bagi masyarakat Lebanon dan Israel yang terkena dampak pertempuran. "Lebanon akan punya kesempatan untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas internal karena berkurangnya pengaruh Hizbullah."
Diplomat utama Uni Eropa, Josep Borrell, menyebut perjanjian gencatan senjata itu "melegakan situasi yang menghancurkan di Timur Tengah."
Dalam sebuah posting di X, ia memuji Prancis dan AS atas upaya mediasi mereka, tetapi menekankan bahwa "sekarang gencatan senjata harus dipertahankan."
Ia juga mendesak elit politik Lebanon untuk memenuhi tanggung jawab dan memilih seorang presiden, dengan menyatakan bahwa "rakyat Lebanon berhak untuk mendapatkan kembali kedaulatan penuh atas urusan negara, tanpa campur tangan eksternal."
Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan milisi Hizbullah sebagai kesempatan untuk menstabilkan Lebanon.
Presiden Prancis mengatakan, Prancis "tidak akan menyia-nyiakan upaya" untuk mendukung gencatan senjata dan akan melakukannya dengan Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon, "di mana kami memainkan peran utama dengan sejumlah mitra."
ae/yf (AP, AFP, Reuters, dpa)