TRIBUNNEWS.COM - Krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik kritis, di mana kebutuhan dasar seperti makanan menjadi semakin sulit dijangkau oleh warga.
Baru-baru ini, peristiwa tragis terjadi di sebuah toko roti yang menyebabkan tiga nyawa melayang.
Dua remaja dan seorang wanita tewas akibat berdesak-desakan saat berusaha mendapatkan roti pada Jumat, 29 November 2024.
Dari laporan yang diterima, jenazah dua gadis berusia 13 dan 17 tahun, serta seorang wanita berusia 50 tahun, dibawa ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah, Gaza Tengah.
Dokter di rumah sakit tersebut mengonfirmasi bahwa ketiganya meninggal dunia akibat sesak napas akibat kerumunan di toko roti al-Banna.
Osama Abu Laban, ayah dari salah satu gadis, berbagi kesedihannya di luar rumah sakit.
Ia menceritakan bagaimana putrinya hampir tidak berhasil mendapatkan sepotong roti sebelum terseret kerumunan yang mengerumuni tempat tersebut.
"Mereka membawanya keluar dalam keadaan tak bernyawa," katanya.
Krisis kelaparan ini diperburuk oleh penurunan drastis dalam distribusi makanan yang diperbolehkan masuk ke Gaza oleh Israel, yang telah mencapai level terendah dalam dua bulan terakhir.
Pejabat PBB dan lembaga bantuan kemanusiaan melaporkan bahwa kelaparan dan keputusasaan meningkat di kalangan penduduk Gaza, yang sebagian besar bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa situasi kelaparan dan penderitaan di wilayah tersebut telah mencapai tingkat bencana besar.
Baca juga: Kelaparan di Gaza Mencekam, Para Ibu Terpaksa Mengais Makanan di Tumpukan Sampah Demi Bertahan Hidup
Program Pangan Dunia (WFP) diminta untuk segera menjalankan tugasnya dan melanjutkan distribusi tepung yang sangat dibutuhkan oleh penduduk.
Bagaimana Situasi Ini Berkembang Selama 420 Hari Terakhir?
Selama 420 hari terakhir, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa tentara Israel menggunakan taktik kelaparan sebagai alat untuk melawan penduduk Gaza, terutama wanita dan anak-anak.
Israel mempertahankan pengepungan yang melumpuhkan di Jalur Gaza, menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dengan menutup perlintasan perbatasan yang sangat penting.
Peringatan WFP baru-baru ini juga mengungkapkan bahwa semua toko roti di Gaza Tengah terpaksa tutup karena kekurangan pasokan yang parah.
Dalam pernyataannya, kantor media pemerintah mengecam ketidakmampuan lembaga kemanusiaan dan LSM di Gaza, dengan menyatakan bahwa organisasi seperti WFP menolak untuk menyuplai tepung kepada keluarga yang mengantre di toko roti di seluruh wilayah.
Masyarakat internasional diminta untuk mengambil tindakan guna memfasilitasi distribusi tepung dan bantuan kemanusiaan lainnya.
Kemanusiaan mendesak agar situasi ini mendapat perhatian serius, agar tragedi seperti yang terjadi baru-baru ini tidak terulang lagi.
Krisis ini menunjukkan betapa krusialnya bantuan dan dukungan kepada mereka yang berada dalam keadaan darurat seperti di Gaza.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).