Oposisi Suriah Anti-Rezim Assad Kuasai Sebagian Besar Aleppo, Bergerak Maju Saat Rusia-Iran Lagi Keteteran
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan oposisi Suriah dilaporkan telah menguasai sebagian besar kota terbesar kedua di negara itu, Aleppo, Sabtu (30/11/2024).
Penguasaan Aleppo ini terjadi setelah mereka melakukan serangan cepat yang menewaskan puluhan tentara Suriah dalam tantangan besar terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Baca juga: Dalam Tempo 48 Jam, Oposisi Suriah Kuasai Pusat Aleppo, Turki: Rezim Assad Langgar Perjanjian Astana
CNN International melansir, kelompok oposisi bersenjata ini merupakan aliansi faksi-faksi anti-rezim pemerintahan Suriah saat ini.
Oposisi bersenjata ini melancarkan serangan mendadak sepanjang pekan ini, menyapu ke arah timur melalui desa-desa di luar kota dan menghidupkan kembali konflik yang sebagian besar telah statis selama bertahun-tahun di Suriah.
"Ini adalah pertama kalinya pemberontak Suriah menginjakkan kaki di Aleppo sejak pasukan pemerintah mendapatkan kembali kendali selama perang saudara pada tahun 2016," tulis laporan CNN.
Pada Sabtu pagi, pejuang oposisi telah menguasai sebagian besar wilayah kota, menurut rekaman lokasi geografis CNN.
Pejuang oposisi terlihat di lokasi-lokasi penting, dengan satu video menunjukkan orang-orang bersenjata melambaikan bendera oposisi dan meneriakkan “Tuhan Maha Besar” dalam bahasa Arab di alun-alun pusat.
Klip lainnya memperlihatkan pemberontak di benteng kota, yang juga berada di pusat Aleppo.
Setidaknya satu orang dalam klip tersebut bersenjata, seperti yang ia katakan: "Kami adalah yang pertama tiba dan yang pertama menaklukkan."
Para pemberontak juga mengklaim bandara kota Aleppo, namun disclaimer CNN menyatakn tidak dapat memverifikasi hal ini.
Satu-satunya pengecualian dari penguasaan Aleppo ini tampaknya adalah bagian timur laut kota, di mana beberapa lingkungan masih berada di bawah kendali pasukan pemerintah dan sekutu milisi Iran.
Pasukan oposisi telah mengumumkan jam malam selama 24 jam yang akan dimulai pada pukul 5 sore waktu setempat pada hari Sabtu.
Mereka menyatakan jam malam bertujuan untuk memastikan "keselamatan penduduk kota dan mengamankan properti pribadi dan publik dari gangguan atau kerusakan."
Hanya Sedikit Perlawanan
Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan puluhan tentara telah tewas dalam serangan di Aleppo.
Kementerian itu mengakui kalau pasukan oposisi yang mereka cap sebagai 'pemberontak' itu telah memasuki kota tersebut tetapi mengklaim bahwa pihak pasukan oposisi "tidak dapat membangun posisi yang kuat" dan bala bantuan telah tiba untuk mempersiapkan serangan balasan.
"Tampaknya, pasukan Oposisi yang bergerak maju hanya menemui sedikit perlawanan dari tentara Suriah," kata laporan tersebut.
Beberapa penduduk di Aleppo mengatakan kepada CNN kalau hanya ada sedikit pertempuran di wilayah perkotaan kota tersebut.
Menanggapi kemajuan pemberontak, angkatan udara Rusia pada hari Jumat melancarkan serangan udara terhadap pasukan oposisi bersenjata Suriah di provinsi Aleppo dan Idlib, media pemerintah Rusia melaporkan.
Video dari bagian barat kota menunjukkan banyak korban setelah serangan udara pada hari Sabtu. Tidak diketahui apakah pesawat Suriah atau Rusia yang melakukan serangan itu.
Video tersebut memperlihatkan sedikitnya tujuh mayat dan beberapa orang mengalami luka bakar serius.
Pasukan Kurdi juga telah memperluas kendali mereka atas beberapa wilayah di Aleppo, kata penduduk setempat.
Sebelum serangan minggu ini, mereka menguasai dua wilayah Kurdi tetapi kini telah pindah ke wilayah yang dulu dikuasai rezim Suriah.
Milisi Kurdi, yang dikenal sebagai YPG, memiliki sejarah konflik dengan kelompok pemberontak lainnya di Suriah utara.
Telah terjadi satu bentrokan pada hari Sabtu antara anggota aliansi pemberontak dan pejuang Kurdi di dalam kota, menurut rekaman video yang dianalisis oleh CNN.
Sebagian dari koalisi pemberontak mengatakan bahwa mereka sekarang bermaksud untuk melancarkan serangan terhadap kelompok Kurdi yang menguasai sebagian wilayah provinsi Aleppo utara.
Tujuan Para Pejuang Oposisi, Bergerak Saat Iran-Rusia Keteteran
Para pejuang oposisi adalah bagian dari koalisi yang baru dibentuk yang disebut “Komando Operasi Militer,” yang mencakup spektrum yang luas termasuk faksi-faksi Islamis dan kelompok-kelompok moderat yang pernah didukung oleh AS.
Koalisi diumumkan Rabu menjelang serangan terhadap Aleppo dan menyatakan kalau aksi mereka adalah pemebalasan atas serangan yang meningkat dari pemerintah Suriah dan milisi Iran.
Namun, waktu yang dipilih kelompok oposisi anti-rezim Assad ini juga vital, karena pendukung utama Suriah, Rusia, tengah berfokus pada Ukraina, dan sekutu utama Suriah, Iran, berada dalam posisi yang tidak menguntungkan akibat serangan Israel terhadap negara itu dan jaringan proksinya.
Serangan tersebut merupakan gejolak besar pertama dalam beberapa tahun antara oposisi Suriah dan rezim Presiden Assad, yang telah memerintah negara yang dilanda perang itu sejak tahun 2000.
Perang saudara Suriah dimulai selama Musim Semi Arab 2011 saat rezim tersebut menekan pemberontakan pro-demokrasi terhadap Assad.
Negara tersebut terjerumus ke dalam perang saudara skala penuh saat pasukan pemberontak dibentuk, yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Suriah, untuk memerangi pasukan pemerintah.
Sejak perjanjian gencatan senjata tahun 2020, konflik sebagian besar masih belum mereda, dengan bentrokan tingkat rendah antara pemberontak dan rezim Assad.
Lebih dari 300.000 warga sipil telah terbunuh dalam lebih dari satu dekade perang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan jutaan orang telah mengungsi di seluruh wilayah.
Langkah Darurat, Pasukan Oposisi Bersenjata Berat
Kementerian pertahanan Suriah mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka mengambil langkah-langkah operasional darurat.
Hal itu mengingat sejumlah besar pasukan oposisi yang mereka cap sebagai 'teroris', menyerang posisi penting tentara Suriah di Aleppo dan Idlib.
Menurut Sputnik, Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa
“Ribuan 'teroris' dengan senjata berat dan sejumlah besar drone melancarkan serangan besar-besaran. Serangan itu dilakukan dari beberapa sumbu pada posisi di Aleppo dan Idlib.
Pernyataan itu menambahkan, “Angkatan bersenjata kami bertempur sengit di daerah yang lebih dari 100 kilometer untuk menghentikan kelompok-kelompok bersenjata. Dalam proses ini, sejumlah pasukan kami menjadi martir dan yang lainnya terluka.”
Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan kalau pasukan militer negara itu sedang bersiap untuk melakukan serangan besar terhadap para pasukan oposisi.
"Langkah-langkah ekstensif akan diambil untuk memastikan keselamatan dan kesehatan penduduk Aleppo," kata pernyataan tersebut.
“Kami akan melanjutkan operasi kami dan menghadapi kelompok-kelompok oposisi untuk mengusir mereka dan melaksanakan kedaulatan pemerintah dan lembaga-lembaga negara di seluruh kota Aleppo dan pinggirannya.”
Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan pemindahan pasukan untuk mendukung garis pertahanan dan melindungi kehidupan warga sipil dan tentara, dan untuk mempersiapkan serangan karena sejumlah besar teroris dan berbagai front dalam konflik.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Suriah menyimpulkan, “Dengan berlanjutnya masuknya 'teroris' dari perbatasan utara dan dukungan militer dan teknologi yang besar bagi mereka, kelompok-kelompok ini dapat memasuki sebagian besar lingkungan kota Aleppo selama beberapa jam terakhir, tetapi mereka tidak dapat mengkonsolidasikan posisi mereka karena pukulan mematikan dan parah yang ditangani oleh pasukan kami."
"Proses ini akan berlanjut sampai kedatangan pasukan pendukung dan peralatan logistik dan penyebarannya di berbagai bidang dalam persiapan untuk serangan balik," kata pernyataan itu merujuk pada bantuan yang dijanjikan Rusia.
(oln/cnn/mna/*)