Hamas menekankan bahwa pengakuan militer pendudukan Israel atas tanggung jawabnya atas kematian enam tawanan menegaskan keakuratan penjelasan Perlawanan Palestina tentang peristiwa tersebut dan mengungkap narasi pendudukan Israel sebagai sesuatu yang salah, dan menuntut pertanggungjawabannya atas konsekuensi yang terjadi.
Gerakan tersebut menunjukkan bahwa pembunuhan semakin banyak tawanan Israel oleh pasukan pendudukan Israel semakin membuktikan kegagalan teori Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membebaskan tawanan melalui kekerasan, dengan menekankan bahwa tekanan militer tidak membebaskan tawanan, tetapi hanya membunuh mereka.
Hamas menganggap Netanyahu bertanggung jawab langsung atas kematian puluhan tawanan karena kegagalannya mencapai kesepakatan dan menegaskan kembali bahwa satu-satunya solusi adalah mengakhiri agresi, menarik pasukan pendudukan Israel, dan melanjutkan kesepakatan pertukaran tawanan.
Investigasi militer pendudukan Israel telah mengisyaratkan potensi tanggung jawab pasukannya atas pembunuhan enam tahanan Palestina dalam serangan udara di sebuah lokasi di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.
Pasukan pendudukan Israel sebelumnya menyebutkan bahwa, pada tanggal 20 Agustus, mereka menemukan mayat enam tawanan dan mayat enam pejuang Perlawanan Palestina di sebuah terowongan di sekitar wilayah yang menjadi sasaran pada bulan Februari.
Berdasarkan hasil penyelidikan yang dipublikasikan pada hari Rabu, di tubuh keenam tawanan tersebut terlihat tanda-tanda luka tembak, sedangkan di dekat lokasi tergeletak jasad para pejuang Perlawanan yang tengah mengawasi.
Penyelidikan tersebut juga mengklarifikasi bahwa angkatan udara Israel melakukan serangan udara tepat sasaran pada tanggal 14 Februari terhadap infrastruktur di Khan Younis, yang menargetkan para pemimpin Hamas.
Temuan tersebut menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kuat bahwa kematian para tawanan tersebut disebabkan oleh serangan udara ini, yang terjadi di dekat lokasi mereka.
Hamas sebelumnya menekankan bahwa Presiden terpilih AS Donald Trump harus mengarahkan pesannya—dengan ancaman konsekuensi serius di Timur Tengah jika tawanan di Gaza tidak dibebaskan sebelum 20 Januari—kepada Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu.
SUMBER: AL MAYADEEN