TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem mengatakan Hizbullah akan berdiri bersama sekutunya, rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad, untuk menggagalkan tujuan serangan oleh faksi oposisi, yang dalam beberapa hari mampu menguasai tiga kota terbesar di negara itu.
Dalam pidatonya di televisi, Qassem mengecam apa yang disebutnya
"Serangan 'kelompok teroris' ingin menyabotase Suriah lagi untuk menggulingkan rezim di Suriah dan ingin menimbulkan kekacauan di sana," kata Naim Qassem, Kamis (5/12/2024).
“Mereka tidak akan dapat mencapai tujuan mereka meskipun mereka telah melakukan apa yang mereka lakukan beberapa hari terakhir, dan kami, sebagai Hizbullah, akan berada di sisi Suriah dalam menggagalkan tujuan agresi ini dengan apapun yang kami bisa," lanjutnya.
Naim Qassem menuduh Amerika Serikat dan Israel mendukung faksi oposisi Suriah yang ia gambarkan sebagai takfiri (orang kafir).
Dalam pidato tersebut, ia tidak menjelaskan bagaimana Hizbullah akan mendukung Suriah.
Sejak tahun 2013, yaitu dua tahun setelah pecahnya konflik, Hizbullah telah berperang secara terbuka di Suriah untuk mendukung tentara Suriah.
Ketika sebagian besar pertempuran terhenti, jumlah pejuang Hizbullah di Suriah menurun, terutama dalam beberapa bulan terakhir akibat dampak perang di Lebanon.
Setidaknya Hizbullah mempertahankan kehadiran militer di wilayah perbatasan antara Lebanon dan Suriah, terutama di Suriah timur dan sekitar Damaskus.
Hizbullah termasuk di antara beberapa kelompok yang setia kepada Iran yang melawan faksi oposisi, dan mampu memberikan keuntungan bagi mereka di beberapa bidang.
Sementara itu, Iran bersama Rusia telah memberikan dukungan secara militer, termasuk mengirim tentaranya di sana, seperti diberitakan Al Araby.
Baca juga: 4 Pemain Kunci yang Bertempur dalam Perang Suriah: HTS, Loyalis Assad, SNA, dan Pasukan Kurdi
Sebelumnya, Hizbullah telah mendukung gerakan perlawanan Palestina, Hamas, yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.
Hizbullah sejak 8 Oktober 2023 meluncurkan serangan ke Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, sebagai bentuk dukungan kepada Hamas.
Israel kemudian membalas serangan Hizbullah dengan membombardir Lebanon selatan yang menewaskan ratusan warga sipil.