News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Iran Tambah Perwira Senior dan Kirim Rudal-Drone ke Suriah, Lawan Oposisi di Kota Homs

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

TRIBUNNEWS.COM - Kemajuan pasukan pemberontak Suriah termasuk kelompok Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) membuat sekutu pemerintah Presiden Bashar Al-Assad kewalahan.

Selain Rusia, Iran mulai menambah bantuan militer ke Suriah untuk mendukung rezim Assad.

"Iran bermaksud mengirim rudal dan drone ke Suriah dan meningkatkan jumlah penasihat militernya di sana," kata seorang pejabat senior kepada Reuters, Jumat (6/12/2024).

Pejabat itu mengatakan mereka akan mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam pertempurannya dengan pasukan oposisi.

“Kemungkinan besar Teheran perlu mengirim peralatan militer, rudal, dan drone ke Suriah," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa Iran mengambil langkah yang diperlukan untuk mendukung sekutunya itu.

"Teheran telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah penasihat militernya di Suriah dan mengerahkan pasukan," lanjutnya.

Ia mengatakan Iran saat ini memberikan dukungan intelijen ke Suriah.

“Sekarang, Teheran memberikan dukungan intelijen dan satelit ke Suriah,” tambahnya.

Sementara itu, Hizbullah yang merupakan partai di Lebanon dan disebut sekutu Iran, dikabarkan juga mengirim pasukan ke perbatasan Suriah.

Para pejabat Iran dan Hizbullah mengatakan langkah itu sebagai upaya untuk mencegah oposisi Suriah merebut Homs, kota keempat yang menjadi target setelah merebut Aleppo, Idlib dan Hama, seperti diberitakan Al Araby.

Baca juga: Alasan Tentara Suriah Tarik Mundur Pasukan dari Hama, Oposisi Kini Kuasai Distrik Strategis di Homs 

Perang Saudara di Suriah

Perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika rakyat Suriah berdemonstrasi menuntut diakhirinya kekuasaan keluarga Bashar Al-Assad dari Partai Ba'ath selama puluhan tahun.

Bashar Al-Assad berkuasa sejak tahun 2000 setelah sebelumnya ayahnya, Hafez Al-Assad yang berkuasa selama 29 tahun, mempersiapkannya untuk menjadi presiden Suriah selanjutnya.

Rezim Hafez merevisi aturan usia calon presiden sehingga Bashar Al-Assad dapat mencalonkan diri.

Selama protes tahun 2011, kekerasan meningkat ketika pasukan keamanan Suriah menembaki para demonstran, menewaskan sejumlah orang.

Di tengah runtuhnya keamanan di Suriah, muncul kelompok pemberontak termasuk HTS dan faksi lainnya yang didukung Turki.

Iran melakukan intervensi militer di Suriah pada tahun 2012, setelah memberikan bantuan politik dan logistik pada tahun sebelumnya.

Pada tahun 2015, Rusia secara militer membantu Assad merebut kembali sebagian besar negara dari HTS, Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), dan puluhan kelompok bersenjata yang didukung AS yang disebut "pemberontak moderat" oleh Washington.

Pada tahun 2016, Presiden Bashar Al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaan di Aleppo, yang merupakan kota terbesar kedua di negara itu.

Aksi saling serang antara militer Suriah dan kelompok pemberontak masih terjadi, hingga pada tahun 2020, Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata kedua pihak di Suriah.

HTS dan milisi sekutunya menyerang kota Aleppo yang dikuasai pemerintah di Suriah utara pada hari Rabu (27/11/2024) dan merebut kota Aleppo, Idlib, Hama, hingga Homs yang direbut baru-baru ini.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini