TRIBUNNEWS.COM, SURIAH - Presiden Suriah Bashar al-Assad kini tak diketahui keberadaannya.
Dia dilaporkan telah melarikan diri dari Ibu Kota Suriah, Damaskus, dengan tujuan yang tidak diketahui.
Pelarian Bashar al-Assad terjadi setelah oposisi bersenjata memasuki ibu kota.
Hadi al-Bahra, pemimpin koalisi oposisi politik Suriah di luar negeri, menyatakan bahwa Damaskus kini bebas dari kekuasaan al-Assad.
"Selamat kepada rakyat Suriah," ungkap al-Bahra dikutip dari Al Jazeera, Minggu (8/12/2024) pagi.
Oposisi bersenjata dipimpin oleh Abu Mohammed al-Golani dengan kelompoknya bernama Hayat Tahrir al-Sham (HTS),
Secara mengejutkan dia menyerang sejumlah kota besar di Suriah sejak 27 November 2024 lalu.
Memerintah Suriah 50 Tahun Lebih
Bashar al-Assad mewarisi kekuasaan dari ayahnya yang merupakan seorang pemimpin militer, Hafez al-Assad.
Dia memerintah Suriah dari tahun 1971 hingga kematiannya pada bulan Juni 2000.
Pada bulan Juli 2000, Bashar al-Assad mantan mahasiswa kedokteran tersebut menjadi presiden.
Dia sekaligus pemimpin Partai Ba'ath dan panglima tertinggi militer.
Sebelas tahun kemudian, ketika warga Suriah turun ke jalan menuntut demokrasi, al-Assad menanggapinya dengan tindakan keras.
Ketika semakin banyak warga Suriah yang bergabung dalam protes, pemimpin yang sering menyebut lawan-lawannya sebagai "teroris" itu semakin gencar melakukan tindakan, yang akhirnya menyebabkan perang saudara.
Pada tahun-tahun berikutnya, ratusan ribu warga Suriah terbunuh dan al-Assad dituduh menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.