Warga di ibu kota Suriah terlihat bersorak-sorai di jalan, saat faksi pemberontak menyambut kepergian "tiran" Assad.
Umm Nader, 35 tahun, datang bersama suaminya dari distrik terdekat untuk mengunjungi kediaman yang dulu mengundang rasa takut dan kagum, dan yang kini digambarkan oleh seorang pengunjung sebagai "museum".
"Saya datang untuk melihat tempat yang melarang kami masuk karena mereka ingin kami hidup dalam kemiskinan dan kekurangan," katanya kepada AFP.
Nader mengatakan mantan penghuni rumah tersebut telah pergi tanpa memutus aliran listrik dan pemanas, "sementara anak-anak kami sakit karena kedinginan".
Pemadaman listrik harian yang berlangsung selama berjam-jam telah menjadi kenyataan hidup di Suriah, yang dilanda krisis ekonomi berturut-turut setelah lebih dari satu dekade perang dan sanksi Barat.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagian besar penduduk telah terdorong ke dalam kemiskinan.
Seorang koresponden AFP juga melihat aula resepsi hangus di istana presiden Damaskus beberapa kilometer jauhnya.
Saat berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, Abu Omar berkata ia merasa sangat gembira.
"Saya tidak lagi merasa takut. Satu-satunya kekhawatiran saya adalah kita bersatu (sebagai warga Suriah) dan membangun negara ini bersama-sama," katanya, penuh emosi.