Pada tahun 2013 silam , seorang pembelot militer yang dikenal sebagai Caesar mengungkap kondisi dalam sistem penjara Suriah dengan menyelundupkan foto-foto tahanan yang menderita penyiksaan, kelaparan, dan penyakit.
Meskipun rezim tersebut telah jatuh, rumor tentang keberadaan sel-sel bawah tanah tersembunyi di penjara Sednaya masih terus beredar, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa masih ada lebih banyak tahanan yang ditahan.
Pemerintah provinsi Damaskus melaporkan upaya yang sedang berlangsung untuk membebaskan tahanan, beberapa di antaranya "hampir mati lemas" karena ventilasi yang buruk.
Pemerintah Daerah Pedesaan Damaskus telah mengeluarkan permohonan publik kepada mantan tentara dan pekerja penjara rezim Assad untuk memberikan kode akses ke pintu bawah tanah elektronik.
Pasukan oposisi mengatakan mereka tidak dapat membuka beberapa area penjara meskipun rekaman CCTV menunjukkan tahanan berada di balik pintu bawah tanah yang disegel.
Ruang Garam yang Terkenal
Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Sednaya (ADMSP) baru-baru ini merilis laporan yang mengonfirmasi keberadaan setidaknya dua “ruang garam” di dalam penjara tersebut.
Kamar-kamar ini memiliki tujuan yang mengerikan.
"Setelah meninggal, para tahanan—yang sering kali ditinggal berhari-hari bersama teman satu sel mereka—dibuang ke kamar-kamar kecil dengan lapisan garam setebal 30 cm di lantai. Garam, yang dimaksudkan untuk mengawetkan tubuh mereka, ditaburkan di atas mayat hingga cukup banyak untuk memenuhi truk," tulis laporan RNTV.
Kadang kala, ruang garam ini berfungsi sebagai sel tahanan; di waktu lain, ruang garam ini menjadi alat penyiksaan psikologis.
"Ada kisah-kisah yang meresahkan tentang tahanan yang masih hidup, yang kekurangan garam dalam makanan mereka, yang dilemparkan ke dalam ruang-ruang yang penuh dengan mayat ini," tambah laporan itu.
Menurut ADMSP, kamar-kamar itu muncul setelah tahun 2011, ketika jumlah korban tewas di penjara-penjara Assad menjadi mengkhawatirkan dan sistematis. Sebuah penyelidikan PBB pernah menggambarkan metode kematian dalam sistem ini sebagai "pemusnahan."
"Penjara Sednaya adalah kamp kematian yang menjadi saksi kejahatan kejam terhadap kemanusiaan," kata Diab Serriya, salah seorang pendiri ADMSP dan penyintas Sednaya.
"Selama bertahun-tahun kejahatan mengerikan, termasuk penghilangan paksa massal, penyiksaan sistematis, dan pembunuhan, telah terjadi di dalam Sednaya dengan impunitas total dan tanpa keadilan."
(oln/rntv/*)