Suchir Balaji ditemukan di apartemennya di Jalan Buchanan selama pemeriksaan kesejahteraan yang diminta oleh teman-temannya yang bersangkutan.
Departemen Kepolisian San Francisco mengonfirmasi tidak ada bukti pelanggaran, dan kematian tersebut diklasifikasikan sebagai bunuh diri.
Kehilangan tragis ini membuat komunitas AI dan teknologi berduka.
Baca juga: Arsitek ChatGPT yang Jadi Whistle Blower Pelanggaran Hak Cipta Ditemukan Tewas Bunuh Diri
OpenAI menyampaikan belasungkawanya dalam sebuah pernyataan: "Kami sangat terpukul mengetahui berita yang sangat menyedihkan ini hari ini, dan hati kami tertuju kepada orang-orang yang dicintai Suchir selama masa sulit ini."
Pemeriksa medis di San Francisco telah memberi tahu keluarga Suchir Balaji, yang sedang bergulat dengan kehilangan yang sangat parah tersebut.
Dampak Kepergian Suchir Balaji dari OpenAI
Kepergian Balaji dari OpenAI menandai titik balik dalam hidupnya. Seperti yang dia ungkapkan dalam wawancaranya di New York Times, dia mengundurkan diri setelah menyimpulkan bahwa AI generatif lebih berbahaya daripada menguntungkan.
Dia sangat prihatin dengan dugaan penyalahgunaan materi berhak cipta yang dilakukan perusahaan dan dampaknya terhadap integritas internet.
Sejak meninggalkan OpenAI, Balaji telah mengerjakan proyek pribadi sambil terus mendukung akuntabilitas yang lebih besar dalam pengembangan AI.
Baca juga: Siapa Suchir Balaji? Remaja Cerdas Arsitek Pengembangan ChatGPT yang Ditemukan Tewas di Apartemennya
Kritiknya muncul ketika OpenAI dan mitranya Microsoft menghadapi tuntutan hukum dari media dan penulis, termasuk John Grisham, yang menuduh perusahaan tersebut menggunakan materi berhak cipta untuk pelatihan AI secara tidak sah.
OpenAI telah membela praktiknya, mengklaim kepatuhan terhadap prinsip "penggunaan wajar".
Kematian Balaji menyoroti tekanan besar yang dihadapi oleh para pelapor pelanggaran (whistleblower), terutama di industri teknologi yang bergerak cepat dan berisiko tinggi.
Sebagai seorang peneliti, ia berperan penting dalam memajukan teknologi OpenAI.
Namun, kritiknya mengungkap sisi gelap pengembangan AI, serta mengungkap tantangan etika dan hukum yang masih belum terselesaikan.
Sumber: First Post