Sebelum tidur, kelompok relawan pertama diminta menulis daftar hal yang berhasil mereka tuntaskan hari itu. Sementara itu, kelompok kedua diminta membuat to-do list atau daftar tugas yang harus mereka kerjakan besok dan dalam beberapa hari berikutnya.
Hasilnya, kelompok kedua tercatat berhasil tidur lebih cepat.
Seberapa cepat? Sembilan menit. Tidak kurang.
Alih-alih mengandalkan penilaian para relawan sendiri tentang tidur mereka (yang tidak selalu akurat), peneliti menjalankan pemeriksaan yang disebut polisomnografi.
Melalui alat sensor yang ditempelkan di kepala dan bagian tubuh lainnya, peneliti bisa memantau gelombang otak, pernapasan, dan pergerakan para relawan itu.
Skala studi yang dilakukan Scullin memang tidak besar, tapi ada mekanisme psikologis yang dapat menjelaskan mengapa ia memperoleh hasil seperti itu.
Ini disebut "pelepasan beban kognitif", yang terjadi ketika seseorang melakukan tindakan fisik untuk meringankan beban mental.
Contoh pelepasan beban kognitif adalah ketika Anda membalik posisi peta agar sesuai dengan tata letak jalan di depan Anda.
Aktivitas ini membuat Anda mengurangi sebagian pekerjaan mental yang perlu Anda lakukan untuk mengorientasikan diri, sehingga mengurangi stres pada otak dan membuat tugas untuk berjalan ke arah yang benar jadi sedikit lebih mudah.
Dalam hal membuat daftar tugas sebelum tidur, yang terjadi adalah Anda mengunduh semua tugas dari pikiran Anda ke selembar kertas dengan mencatatnya di sana (atau ke ponsel jika Anda yakin tidak akan tergoda membuka media sosial atau email).
Dengan begitu, Anda mengurangi tuntutan untuk memikirkan tugas-tugas itu saat sedang mencoba tidur.
Dan, alih-alih membiarkan tugas-tugas itu berseliweran di kepala Anda secara acak, semuanya bakal tersusun rapi dalam urutan tertentu.
Tugas-tugas tersebut seakan "diarsipkan", siap untuk dikerjakan pada waktunya. Sebagai bonus, dengan mencatat, Anda tidak perlu khawatir melupakannya.