TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan pernyataan yang membahas kebijakan terhadap Suriah.
Netanyahu menekankan Israel tidak boleh dipengaruhi oleh pesan perdamaian yang disampaikan oleh Al-Julani, pemimpin aliansi oposisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Orang tersebut adalah seorang jihadis ekstremis yang terkait dengan ISIS, dan upaya untuk menampilkan dirinya kepada Barat sebagai seorang ekstremis moderat saat ini tidak memiliki dasar apapun," kata Netanyahu, seperti diberitakan Maariv, Senin (16/12/2024).
Netanyahu juga mengatakan Israel tidak ingin berperang dengan Suriah.
"Kami tidak mempunyai keinginan untuk berbenturan dengan Suriah. Kami akan menentukan kebijakan Israel terhadap Suriah sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan," katanya.
Pemimpin Israel itu mencari pembenaran atas lebih dari 480 serangan udara Israel di berbagai wilayah Suriah baru-baru ini yang diklaim menargetkan kelompok perlawanan bekingan Iran yang mengancam Israel.
"Saya ingat bahwa selama beberapa dekade Suriah adalah musuh aktif Israel berulang kali, mengizinkan pihak lain menyerang kami dari wilayahnya, dan mengizinkan Iran mempersenjatai Hizbullah di seluruh wilayahnya," lanjutnya.
Sebelumnya, Al-Julani mengecam serangan udara Israel di Suriah, namun menegaskan Suriah saat ini tidak berniat perang dengan Israel.
"Suriah sudah kehabisan tenaga, jadi kami tidak punya niat untuk terlibat dalam konflik atau melakukan konfrontasi dengan Israel. Kami akan berupaya membangun hubungan dengan komunitas internasional," kata Al-Julani dalam pernyataannya, Minggu (15/12/2024).
Al-Julani menegaskan kemenangan revolusi di Suriah tidak boleh tenggelam dalam mentalitas revolusioner untuk pemerintahan yang baru dan diperlukan hukum serta institusi.
Pemimpin pemerintahan transisi di Suriah itu mengatakan ia mempunyai rencana yang matang untuk memperbaiki kehancuran yang disebabkan oleh rezim Assad yang menguasai Suriah selama lebih dari 50 tahun.
Baca juga: Al-Julani Minta AS-Barat Hapus HTS dari Daftar Teroris demi Bangun Suriah yang Baru
Jatuhnya Rezim Assad di Suriah
Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah oposisi bersenjata mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebelumnya, aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.
Pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Julani, mendeklarasikan runtuhnya rezim Assad melalui pidato di Damaskus pada Minggu (8/12/2024).