TRIBUNNEWS.COM - Tim penyelamat di Vanuatu berlomba untuk menemukan korban selamat yang terjebak di dalam bangunan.
Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter mengguncang ibu kota Port Vila pada Selasa (17/12/2024) pukul 12:47 waktu setempat (01:47 GMT).
Dikutip dari Reuters, gempa tersebut menewaskan 14 orang, sementara setidaknya 200 orang lainnya terluka.
Banyak korban berpusat di sekitar beberapa bangunan di pusat kota.
Komisaris Polisi Robson Iavro mengatakan dua korban yang selamat telah ditarik dari reruntuhan bangunan yang runtuh.
"Kami yakin masih banyak lagi yang terjebak di dalam," kata Iavro dalam pesan video.
Enam korban tewas akibat tanah longsor, sementara empat lainnya berada di dalam bangunan yang runtuh saat gempa terjadi.
Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah.
"Dua dari 14 korban adalah warga negara Tiongkok," kata Duta Besar Tiongkok untuk Vanuatu, Li Minggang, kepada media pemerintah.
Seorang saksi mata yang berada di gedung tertinggi di Vanuatu saat gempa terjadi mengatakan kepada BBC bahwa ia dan istrinya telah "berlari cepat" keluar.
"Jika gempa berlangsung 10 detik lagi, saya tidak akan berbicara kepada Anda hari ini," imbuhnya.
Baca juga: Mengapa Gempa Lebih Sering Terjadi di Tempat-Tempat seperti Vanuatu? Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui
Polisi mengumumkan keadaan darurat selama tujuh hari untuk membatasi pergerakan masyarakat sementara operasi penyelamatan sedang berlangsung.
Lembaga penyiaran nasional VBTC melaporkan orang-orang mengantre untuk mendapatkan bahan bakar dan kebutuhan pokok karena gangguan pada listrik, air, dan layanan komunikasi.
Glen Craig, Ketua Dewan Ketahanan Bisnis Vanuatu, mengatakan kepada BBC bahwa ia sedang menikmati perayaan Natal bersama istrinya ketika gempa terjadi.
"Kami (di Vanuatu) sudah terbiasa dengan bencana… Anda biasanya dapat mendengar datangnya gempa bumi; Anda mendengar seperti gemuruh atau suara gemuruh yang dalam," ujarnya.
Akan tetapi, kali ini tidak ada peringatan sama sekali – hanya ada ledakan tiba-tiba.
Setidaknya 10 bangunan di Port Vila mengalami kerusakan struktural yang parah.
Beberapa bangunan yang menampung kedutaan besar, termasuk Kedutaan Besar AS dan Komisi Tinggi Inggris, paling parah terkena dampak.
"Bangunan itu baru saja hancur," kata Craig.
"Ada sekitar tujuh atau delapan bangunan [di area itu] yang mengalami kerusakan parah, dan saya perkirakan jumlah korban akan bertambah."
Serangkaian gempa susulan juga dilaporkan terjadi sepanjang malam.
Caroline Bird, warga Australia yang mengelola sebuah resor di Port Vila, mengatakan kepada ABC News bahwa "Mungkin saya bahkan tidak bisa menghitung jumlahnya."
Upaya Penyelamatan
Tim penyelamat berupaya keras untuk mencari korban selamat.
Tiga orang berkomunikasi dengan tim penyelamat dari bawah reruntuhan sebuah bangunan.
Foto-foto yang dibagikan oleh Kepolisian Vanuatu di Facebook menunjukkan tim penyelamat sedang menyaring puing-puing dengan tangan.
Mereka juga merangkak di bawah lantai bangunan yang runtuh.
Michael Thompson, salah seorang anggota tim penyelamat, mengungkapkan dalam sebuah posting Facebook bahwa tiga orang telah diselamatkan semalam dari sebuah gedung.
Namun, ia kemudian melaporkan bahwa salah satu dari mereka meninggal.
Baca juga: Gempa Magnitudo 7.4 di Vanuatu Tewaskan 14 Orang, Kemlu RI Pastikan Tak Ada Korban WNI
Thompson juga menambahkan bahwa tim penyelamat sangat membutuhkan alat pemukul jackhammer, ekskavator, dan air minum dingin.
Ia juga menyebutkan bahwa banyak penyelamat telah "bekerja sepanjang malam."
"Diperkirakan 116.000 orang dapat terkena dampak terburuk gempa bumi," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Namun, menurut Craig, sebagian besar kerusakan terjadi di satu wilayah tertentu.
"Daerah pinggiran Vanuatu sebagian besar tidak mengalami kerusakan, begitu pula sebagian besar orang yang tinggal di luar ibu kota," imbuhnya.
Bantuan Internasional
Negara tetangga Australia akan mengirimkan tim untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan, sementara AS dan Prancis juga telah menjanjikan bantuan.
"Kami mengalami Covid, lalu kami mengalami tiga badai tahun lalu. Jadi ini benar-benar hal terakhir yang kami butuhkan," kata Craig.
"Besok, Kamis (19/12/2024), bank-bank akan buka, kami butuh beberapa peralatan dari Australia agar internet bisa kembali normal yang akan segera kami dapatkan," ucapnya.
"Listrik akan kembali dalam beberapa hari, jadi kami sedang menderita sekarang, tetapi kami akan bisa melewatinya."
Vanuatu, negara kepulauan dataran rendah yang terdiri dari sekitar 80 pulau di Pasifik Selatan, terletak di sebelah barat Fiji dan ribuan kilometer di sebelah timur Australia utara.
Vanuatu terletak di wilayah yang aktif secara seismik, dan rentan terhadap gempa bumi besar dan bencana alam lainnya.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)