News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kaleidoskop 2024

Kaleidoskop 2024 Perang Israel-Hamas: Momen-momen Paling Menonjol Hingga Iran-Hizbullah Terlibat

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap layar pengumuman Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, atas operasi penyerangan terbaru mereka terhadap Pasukan Israel (IDF) di wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan, Senin (5/8/2024).

Kaleidoskop 2024 Perang Israel-Hamas: Momen-momen Paling Menonjol Hingga Iran-Hizbullah Terlibat

TRIBUNNEWS.COM - Sudah lebih dari setahun sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.

Setelah serangan bertajuk Banjir Al-Aqsa itu, bulan-bulan berikutnya di tanah Palestina berhias perang di Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan berisiko meningkat di tempat lain di Timur Tengah. 

Baca juga: Jelang Gencatan Senjata Gaza, Al-Qassam: Kami Ledakkan Rumah dengan 11 Tentara Israel di Dalam 

Mengutip dari berbagai sumber, dalam berita ini, Tribunnews mengulas beberapa momen paling menonjol dari konflik Hamas-Israel tersebut.

Setelah berbulan-bulan konflik dan puluhan ribu kematian, pertempuran terus berlanjut antara Israel dan Hamas.

Berlarutnya perang ini beriring risiko yang terus berlanjut bahwa Timur Tengah dapat terjerumus ke dalam perang besar yang lebih luas melibatkan multi-negara dan kelompok.

Ulasan berikut mencoba me-review kembali, apa yang telah terjadi sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Konflik yang baru terjadi selama lebih dari setahun dan telah menyaksikan eskalasi antara Israel dan Iran serta konflik terbuka dengan Hizbullah di Lebanon.

Berikut ini bukanlah kronologi yang lengkap, tetapi bertujuan untuk menangkap beberapa momen paling menonjol dalam konflik yang menghancurkan tersebut:

Sebuah Tank Merkava Pasukan Israel (IDF) yang hancur di pagar perbatasan Jalur Gaza dalam momen serangan Banjir Al Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan Hamas dan Balasan Israel

Pada tanggal 7 Oktober, gerakan pembebasan Palestina, Hamas melancarkan serangan ke Israel selatan, mengamuk di tengah masyarakat dan menewaskan 1.200 orang.

Menurut penghitungan Israel, sekitar 250 orang dibawa kembali ke Gaza, tempat mereka ditawan.

Status para sandera menjadi isu utama konflik yang kembali terjadi.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel sedang berperang dan memerintahkan serangan udara di Gaza, bersamaan dengan pengepungan total wilayah yang berpenduduk padat di wilayah kantung (envelope) Palestina tersebut.

Ledakan di Kota Gaza saat Israel melancarkan serangan udara sebagai pembalasan serangan Hamas pada 7 Oktober 2024. (skynews)

Serangan Darat Israel ke Gaza

Pada tanggal 13 Oktober, Israel memberi tahu penduduk Kota Gaza, tempat tinggal lebih dari satu juta orang, untuk mengungsi dan pindah ke selatan.

Pada hari yang sama, pasukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bergerak ke Jalur Gaza dalam apa yang digambarkan sebagai penyerbuan darat (ground invasion).

Sebuah ledakan di Rumah Sakit al Ahli di Kota Gaza pada tanggal 17 Oktober memicu kemarahan di dunia Arab, tetapi ada ketidaksepakatan dan kebingungan tentang siapa yang berada di baliknya.

Kemudian pada bulan yang sama Israel melancarkan serangan darat berskala besar di Gaza, menandai dimulainya invasinya ke wilayah tersebut.

Warga Palestina di Jalur Gaza berjalan di area Rumah Sakit al Shifa yang hancur diserang Israel. (skynews/Reuters)

Rumah Sakit Al Shifa

Pada tanggal 15 November, pasukan Israel memasuki rumah sakit terbesar di Gaza, al Shifa, di Kota Gaza.

Penyerbuan IDF ke fasilitas kesehatan ini terjadi setelah pengepungan yang berlangsung selama beberapa hari di mana staf medis mengatakan pasien termasuk bayi yang baru lahir meninggal karena kekurangan listrik dan pasokan.

IDF mengatakan rumah sakit tersebut telah digunakan untuk menyembunyikan markas bawah tanah Hamas, sebuah klaim yang dibantah oleh staf rumah sakit.

Dalam beberapa minggu berikutnya, semua rumah sakit yang masih berfungsi bagian utara Gaza berhenti beroperasi.

Gencatan Senjata November

Setelah berminggu-minggu bertempur, Israel dan Hamas mengumumkan gencatan senjata pertama dalam perang tersebut.

Mereka sepakat untuk menghentikan pertempuran selama empat hari untuk menukar sandera perempuan dan anak-anak yang ditawan di Gaza dengan perempuan dan remaja Palestina yang ditahan atau dipenjara oleh Israel dengan alasan keamanan, dan mengizinkan masuknya lebih banyak bantuan.

Gencatan senjata tersebut pada akhirnya akan diperpanjang selama seminggu secara total dan mengarah pada pembebasan 105 sandera dan sekitar 240 tahanan Palestina.

Perang kembali terjadi pada 1 Desember.

Beberapa hari kemudian, pasukan Israel melancarkan serangan darat besar pertama mereka di Gaza selatan, di pinggiran kota Khan Younis.

Pada 6 Desember, 22 anggota keluarga yang sama tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

Dua hari kemudian, AS memveto tuntutan Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata kemanusiaan segera.

Inggris abstain.

Pada 15 Desember, tiga sandera Israel tewas oleh pasukan IDF yang secara keliru justru  menembaki mereka yang merupakan warganya sendiri.

Dua dari mereka tewas dalam tembakan pertama, sementara yang ketiga tewas 15 menit kemudian setelah didesak untuk keluar oleh IDF dan kemudian ditembaki.

AS meluncurkan jet-jet tempur dalam serangan udara ke wilayah Yaman yang mereka klaim menargetkan markas kelompok Houthi. (US Central Command)

AS dan Inggris melancarkan serangan udara di Yaman

Serangan berkelanjutan terhadap pengiriman Laut Merah oleh pemberontak Houthi selama ini menyebabkan kekhawatiran besar bagi perdagangan internasional.

Pada 11 Januari 2024, AS dan Inggris melancarkan puluhan serangan udara di Yaman sebagai balasan.

Kelompok Houthi mengatakan lima pejuang mereka telah tewas dalam serangan awa AS-Inggris tersebut, dan bersumpah untuk melanjutkan serangan mereka terhadap pengiriman barang.

Pada hari yang sama, Mahkamah Internasional mendengarkan pernyataan pembukaan dalam kasus di mana Afrika Selatan menuduh Israel melakukan kampanye genosida yang dipimpin negara terhadap penduduk Palestina. Israel membantah tuduhan tersebut.

Jumlah Korban Tewas Melampaui 30.000 Per Februari

Pada tanggal 22 Januari, 21 tentara IDF tewas di Gaza tengah dalam satu insiden - hari paling mematikan bagi pasukan Israel sejak perang dimulai.

Baca juga: Gaza Tengah Meledak! 21 Tentara Israel Tewas Dalam Sehari, Kena RPG Hamas atau Ranjau Sendiri? 

Pada akhir Februari, kementerian kesehatan di Gaza mengatakan jumlah kematian di wilayah tersebut sejak 7 Oktober telah meningkat di atas 30.000.

Dikatakan, sebagian besar dari mereka yang tewas adalah wanita dan anak-anak dan memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Saat ini ada kekhawatiran internasional yang meluas tentang rencana Israel untuk melancarkan serangan militer ke kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta orang berlindung.

PBB memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara dan mengatakan 1,1 juta orang kelaparan.

Pada tanggal 1 April, tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen tewas dalam serangan militer Israel di Gaza. Tiga warga negara Inggris termasuk di antara yang tewas.

Investigasi Israel menemukan bahwa asumsi yang salah, kesalahan pengambilan keputusan, dan pelanggaran aturan keterlibatan telah mengakibatkan kematian mereka.

Sistem persenjataan Iran dilaporkan tengah disiapkan untuk membalas serangan Israel yang menewaskan pemimpin polit biro Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Rabu (31/8/2024). (Mehr News Agency)

Iran dan Israel Saling Serang

Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran memuncak pada bulan April.

Teheran menuduh kalau  serangan Israel terhadap kedutaan besarnya di ibu kota Suriah, Damaskus, telah menewaskan beberapa perwira Iran termasuk seorang jenderal tinggi.

Sebagai balasan, negara itu meluncurkan rentetan puluhan rudal dan pesawat nirawak ke Israel pada tanggal 13 April.

Sebagian besar berhasil dicegat, klaim Israel.

Di tengah kekhawatiran internasional tentang krisis regional, Israel menanggapi dengan menyerang sejumlah target di Iran.

Teheran mengecilkan dampak serangan di dekat pangkalan udara militer utama dan situs nuklir di pusat kota Isfahan, tetapi foto satelit menunjukkan radar pertahanan udara terkena serangan.

Juga pada bulan April, puluhan ribu orang ikut serta dalam protes antipemerintah di Israel, mendesak Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk pembebasan sandera.

Hal ini menyusul demonstrasi lain selama berbulan-bulan terhadap pemerintah.

Mei, Negosiasi di Kairo Gagal Hasilkan Gencatan Senjata

Negosiasi di ibu kota Mesir yang bertujuan agar Israel dan Hamas menyetujui persyaratan gencatan senjata menjadi sorotan pada awal Mei.

Harapan terjadinya terobosan ketika Hamas mengumumkan telah menerima gencatan senjata yang diusulkan oleh Mesir dan Qatar pupus setelah seorang pejabat Israel menyebutnya sebagai "tipu muslihat".

Orang-orang di jalan Rafah merayakan setelah pengumuman Hamas, tetapi beberapa jam kemudian militer Israel mengatakan sedang melakukan serangan di kota itu.

Kemarahan dunia internasional dan negara-negara Arab membuncah setelah serangan Israel di Rafah menewaskan 45 orang

"Ada kemarahan internasional setelah serangan udara Israel di Rafah menewaskan 45 orang pada akhir Mei," tulis ulasan skynews.

Menurut petugas medis Palestina, serangan itu mengenai tenda-tenda pengungsi dan otoritas yang dipimpin Hamas di Gaza mengatakan "sebagian besar" korban tewas adalah wanita dan anak-anak.

Netanyahu mengatakan itu adalah "kesalahan tragis".

Sementara kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNWRA) mengatakan kota itu telah menjadi "neraka di bumi" setelah serangan mematikan di sana.

Penyelamatan Sandera Israel di Tengah Banyaknya Korban Tewas

Pada awal Juni, empat sandera diselamatkan dalam serangan Israel di Gaza.

Dipuji sebagai "pahlawan" di Israel, militer IDF mengatakan mereka membebaskan para sandera di bawah tembakan gencar dan membalas dengan serangan "dari udara dan dari jalan".

Namun serangan berikutnya di al Nuseirat di Gaza tengah, sebuah kamp pengungsi Palestina yang bersejarah, menyebabkan pemandangan seperti "film horor", menurut penduduk setempat.

Putusan Pengadilan tentang Pemukiman Israel

Pada 19 Juli, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kebijakan pemukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki melanggar hukum internasional.

"Pemindahan pemukim oleh Israel ke Tepi Barat dan Yerusalem serta pemeliharaan keberadaan mereka oleh Israel" adalah "bertentangan dengan pasal 49 Konvensi Jenewa Keempat", kata panel yang terdiri dari 15 hakim dari seluruh dunia.

Pengadilan mengatakan Israel harus segera mengakhiri pembangunan pemukiman - tindakan yang menjadikan "keberadaan Israel di wilayah Palestina yang diduduki melanggar hukum".

Netanyahu Kunjungi AS

Netanyahu memulai kunjungan kontroversial ke Amerika Serikat (AS) pada akhir Juli dan berjanji dalam pidato pedasnya di Kongres untuk meraih "kemenangan total" melawan Hamas.

Namun Kamala Harris mengatakan dia "tidak akan diam" atas situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza setelah pertemuan dengan PM Israel.

Harris mengatakan Israel memiliki hak untuk membela diri, tetapi dengan tegas menambahkan: "Bagaimana cara melakukannya itu penting."

Meningkatnya Eskalasi Israel dan Hizbullah

Beberapa hari kemudian, Netanyahu bersumpah akan melakukan pembalasan berat setelah serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 anak.

Dia menyalahkan kelompok Hizbullah atas serangan roket yang menghantam lapangan sepak bola di Majdal Shams tersebut. 

Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.

Setelah itu, IDF melancarkan apa yang disebutnya sebagai serangan balasan di Beirut dan menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan senior Hizbullah yang menurut Israel bertanggung jawab atas serangan Majdal Shams.

Ismail Haniyeh (kiri) dan Yahya Sinwar (Quds News Network)

Pemimpin Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh Terbunuh

Dalam sebuah peristiwa besar, pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam sebuah pembunuhan yang diduga dilakukan Israel di Iran pada akhir Juli.

Hamas kemudian mengatakan Haniyeh tewas dalam sebuah serangan udara dan menyalahkan Israel, yang telah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya setelah serangan 7 Oktober.

Yahya Sinwar, dalang di balik serangan tersebut, dinobatkan sebagai pemimpin baru Hamas beberapa hari kemudian.

Aksi Lanjutan Israel Pasca-Pembunuhan Haniyeh

Pada 10 Agustus, puluhan orang tewas dalam serangan Israel terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di Kota Gaza, menurut pejabat di pemerintahan Hamas di Gaza.

Tentara Israel mengatakan telah menyerang "pusat kendali Hamas" tetapi tidak memberikan bukti dan Hamas membantah memiliki pangkalan di sekolah tersebut.

"Seiring berlanjutnya konflik di bulan Agustus, kawasan tersebut menunggu dengan napas tertahan untuk melihat bagaimana dan apakah Iran dan Hizbullah akan menanggapi pembunuhan baru-baru ini - atau apakah gencatan senjata dapat disepakati," ulas skynews mereview pembunuhan Haniyeh.

Pembicaraan Gencatan Senjata Baru

Pembicaraan perdamaian dilanjutkan di Qatar, karena Iran mengatakan "hanya akan menahan diri jika [gencatan senjata] [disepakati]".

Presiden Biden mengatakan dia "optimis" tentang kesepakatan, tetapi ini ditolak oleh Hamas yang mengatakan tidak ada "perbaikan".

Tidak ada kesepakatan yang disepakati dan konflik terus berlanjut.

KIRYAT SHMONA, ISRAEL - 04 JULI: Asap mengepul setelah serangan roket Hizbullah di Kiryat Shmona, Israel pada 04 Juli 2024. Hizbullah menembakkan lebih dari 200 roket ke Israel utara, kata kelompok Lebanon itu pada Kamis, sehari setelah tewasnya seorang komandan militer tinggi dalam serangan udara Israel. (Mostafa Alkhrouf / ANADOLU / Anadolu via AFP)

Baku Tembak dengan Hizbullah

Pada akhir Agustus, Israel melancarkan apa yang disebutnya sebagai serangan udara "pencegahan" terhadap Hizbullah di Lebanon.

Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan kelompok itu "mulai bersiap menyerang kami".

Hizbullah menembakkan pesawat nirawak dan roket yang disebutnya sebagai respons atas pembunuhan Fuad Shukr bulan sebelumnya.

Di Gaza, kesepakatan sementara untuk serangkaian gencatan senjata singkat agar vaksin polio dapat didistribusikan telah disetujui.

BEIRUT, LEBANON - 17 SEPTEMBER: Ambulans dikirim ke daerah di Beirut, Lebanon sementara pasukan keamanan mengambil tindakan pencegahan setelah sedikitnya delapan orang, termasuk seorang anak, tewas dalam ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai pager pada 17 September 2024. Sekitar 2.800 orang lainnya juga terluka, termasuk 200 orang dalam kondisi kritis. (Houssam Shbaro / ANADOLU / Anadolu via AFP)

Pager yang Meledak Massal

Pada 17 September, ledakan massal pager genggam yang belum pernah terjadi sebelumnya yang digunakan oleh anggota Hizbullah di Lebanon menewaskan 12 orang dan melukai hampir 3.000 orang, sehingga menimbulkan gelombang kejut di wilayah tersebut.

Kurang dari 24 jam kemudian, serangkaian ledakan serupa menghantam radio dua arah yang digunakan kelompok tersebut.

Israel secara luas diyakini berada di balik serangan tersebut, yang jika benar akan menjadi kemenangan intelijen yang besar dan menunjukkan adanya infiltrasi mendalam terhadap rantai pasokan Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah menuduh Israel melakukan "pembantaian" dengan ledakan pager dan walkie-talkie, dengan mengatakan bahwa Israel ingin membunuh "5.000 orang dalam dua menit".

Hassan Nasrallah (via Atlantic Council)

Hassan Nasrallah Terbunuh

Saat Hizbullah terhuyung-huyung akibat ledakan pager dan radio, Israel menargetkan Beirut dengan serangkaian serangan dan membunuh pemimpin kelompok militan tersebut, Hassan Nasrallah.

Pembunuhan itu merupakan peristiwa monumental dan ada kekhawatiran bahwa perang yang lebih luas kini tak terelakkan.

Pada akhir September, ketakutan ini semakin dalam saat tank-tank IDF terlihat di perbatasan Israel-Lebanon.

Israel Bergerak ke Lebanon - dan Iran Merespons

Pada hari terakhir bulan September itu, pasukan Israel melintasi perbatasan untuk melakukan apa yang mereka sebut "serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah" terhadap Hizbullah - meskipun ada seruan dari sekutunya untuk menghentikan tembakan.

Pada 1 Oktober, dalam sebuah langkah yang diantisipasi, Iran meluncurkan hampir 200 rudal, menurut radio militer Israel, sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap Hizbullah.

Pada jam-jam berikutnya, TV pemerintah Iran mengklaim 90 persen rudal mengenai target mereka sementara seorang juru bicara Israel mengatakan para pejabat sejauh ini tidak mengetahui adanya cedera akibat serangan itu.

Seorang pekerja Palestina di Tepi Barat kemudian dipastikan tewas setelah tertimpa puing-puing yang jatuh menyusul serangan Iran.

Beberapa hari kemudian, pemimpin tertinggi Iran mengatakan serangan rudal terhadap Israel "sepenuhnya legal dan sah" dan memperingatkan bahwa serangan itu dapat terulang.

Keluarga sandera Israel menuntut Netanyahu membebaskan para sandera, 18 Agustus 2024 (X/BringThemHome23)

Israel Peringati Setahun Serangan Hamas

Pada 7 Oktober, Israel berdiam diri (minutes of silence) untuk memperingati setahun sejak serangan Hamas 2023 - dan perhatian kembali tertuju pada para sandera yang masih ditawan.

Beberapa hari kemudian, ada protes dari para pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol, yang mengutuk serangan Israel yang "tidak dapat dibenarkan" yang menghantam pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon.

Pada pertengahan Oktober, serangan pesawat nirawak Hizbullah di pangkalan Israel menewaskan empat tentara dan melukai lebih dari 60 orang, yang memicu kekhawatiran di dalam IDF.

Pada 18 Oktober, Hamas mengonfirmasi kematian pemimpinnya, Yahya Sinwar.

Sekitar seminggu kemudian, respons Israel yang telah lama dinanti-nantikan terhadap rentetan rudal Iran pada 1 Oktober tiba ketika pesawat tempur Israel menghantam lokasi militer Iran dalam tiga gelombang serangan udara.

Mahkamah Pidana Internasional Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Pada tanggal 6 November, setelah 14 bulan perang, Netanyahu memutuskan untuk memecat menteri pertahanannya Yoav Gallant dalam sebuah tindakan yang dicap sebagai "tindakan gila" oleh seorang pemimpin oposisi.

Karena negosiasi gencatan senjata masih belum membuahkan hasil, Qatar memberi tahu Hamas bahwa mereka tidak akan lagi menjadi tuan rumah kantor politiknya kecuali kelompok militan dan Israel terlibat dalam pembicaraan yang konstruktif dan bermakna.

Pada tanggal 22 November, ada perkembangan besar dalam penyelidikan oleh Mahkamah Pidana Internasional atas peristiwa satu setengah tahun terakhir: surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Netanyahu, Gallant, dan pemimpin Hamas Ibrahim al Masri.

Akhir bulan itu, Israel dan Hizbullah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan tujuan untuk mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan 3.500 orang Lebanon.

Oposisi bersenjata anti-Assad mencapai jalan raya dekat kota Azaz di Suriah utara pada hari Minggu. (Rami Al Sayed/AFP)

Rezim Suriah Jatuh

Pada awal Desember, serangan kilat oleh pasukan oposisi bersenjata di Suriah menyebabkan jatuhnya Bashar al Assad dan rezimnya.

Ini menjadi sebuah peristiwa besar bagi wilayah tersebut dan pukulan telak bagi pengaruh Iran.

Israel mengebom pangkalan militer Suriah, dalam upaya untuk memastikan senjata termasuk pesawat tempur dan senjata kimia tidak jatuh ke tangan oposisi pengguling Assad.

Pasukan IDF juga merebut sisi Suriah dari Dataran Tinggi Golan yang disengketakan. 

Netanyahu mengatakan pasukannya akan tetap berada di zona penyangga yang dipatroli PBB sampai pasukan baru di sisi lain perbatasan dapat menjamin keamanan.

Baca juga: Pasukan Israel Ada di Puncak Gunung Hermon Sepanjang Musim Dingin, Siapa Pengendali Suriah Sekarang?

 

 

(oln/sky/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini