Konflik Suriah

Pakar: Israel Raup Keuntungan Berkat Ketidakstabilan di Suriah

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak memegang bendera Suriah baru di Masjid Umayyah pada hari Jumat, 13 Desember 2024
Seorang anak memegang bendera Suriah baru di Masjid Umayyah pada hari Jumat, 13 Desember 2024

TRIBUNNEWS.COM - Ketidakstabilan yang terus melanda Suriah menjadi perhatian serius bagi Israel.

Keamanan nasional negara tersebut sangat tergantung pada stabilitas di sekitar wilayahnya, terutama dengan ketegangan yang terjadi di perbatasan.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) baru-baru ini menguasai zona penyangga demiliterisasi di Suriah.

Zona ini ditetapkan berdasarkan gencatan senjata yang disepakati pada tahun 1974 antara Israel dan Suriah setelah Perang Yom Kippur.

Penguasaan IDF atas zona tersebut memiliki arti strategis yang penting, terutama karena zona penyangga tersebut mencakup puncak tertinggi Gunung Hermon.

Gunung Hermon, yang terletak di Dataran Tinggi Golan, memberikan Israel kendali penuh atas wilayah selatan Suriah, yang sangat penting dari sudut pandang militer.

Pakar mengungkapkan kalau Suriah membantu Israel menghancurkan musuh bahkan tanpa perang.

Seorang peneliti dari Institut Nasional untuk Keamanan dan Strategi Zionis, Kobi Michael menekankan pentingnya wilayah tersebut.

"Tidak ada titik pandang yang lebih tinggi daripada wilayah Suriah di Golan," katanya, dikutip dari Jerusalem Post.

Dengan menguasai wilayah tersebut, Israel dapat mencegah ancaman dari ketidakstabilan yang mungkin muncul di Suriah dan mengamankan wilayah perbatasan mereka.

Langkah penguasaan ini dipandang sebagai tindakan taktis oleh pejabat Israel.

Baca juga: Turki dan Jerman Mengutuk Rencana Israel untuk Memperluas Wilayah Golan Suriah

Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh serangan mendadak yang dilakukan oleh kelompok teroris Hamas di perbatasan Gaza tahun lalu, yang menambah ketegangan di kawasan tersebut.

"Israel mungkin menghadapi kenyataan sulit yang akan memaksanya untuk tetap tinggal dan memperluas cengkeramannya di wilayah tersebut," tambah Michael.

Dr Joel Parker dari Moshe Dayan Center menambahkan bahwa meskipun Israel selama ini menganggap perbatasan dengan Suriah relatif tenang, pengembangan senjata oleh rezim Assad tetap menjadi kekhawatiran besar bagi Israel.

Israel menyadari bahwa ketidakstabilan internal di Suriah bisa memberikan peluang untuk memperkuat posisinya.

Israel di Golan

Meski IDF telah mengonfirmasi penguasaan zona penyangga, mereka membantah laporan yang menyebutkan bahwa pasukan Israel mendekati ibu kota Damaskus.

Namun, langkah ini mendapatkan kritik keras dari komunitas internasional, termasuk PBB, yang menyatakan bahwa tindakan Israel ini melanggar perjanjian internasional.

Dataran Tinggi Golan, yang sejak 1967 dikuasai oleh Israel, menjadi salah satu isu sensitif dalam hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian dari Israel selamanya.

Pernyataan ini dipandang sebagai provokasi oleh sejumlah pemimpin Arab dan pihak internasional.

Ancaman Kelompok Ekstremis

Selain ancaman dari ketidakstabilan internal Suriah, Israel juga khawatir terhadap munculnya kelompok ekstremis yang bisa memperburuk situasi keamanan di wilayah tersebut.

Salah satu tokoh yang menjadi perhatian khusus adalah Abu Mohammed al-Julani, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang memiliki hubungan dengan terorisme.

Kelompok ini telah lama menjadi salah satu ancaman besar di kawasan Suriah, terutama karena latar belakangnya yang terkait dengan ideologi ekstremis dan kekerasan.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini