TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia belum terkalahkan di Suriah meski Bashar Al-Assad telah digulingkan pada minggu lalu.
Setelah sekian lama bungkam soal nasib pangkalan militer Rusia di Suriah, Putin untuk pertama kalinya merilis pernyataan publik pada hari Kamis (19/12/2024).
Putin mengatakan bahwa dirinya belum menemui Assad sejak mantan pemimpin Suriah ini melarikan diri ke Moskow.
Meski begitu, ia berencana akan menemui Assad.
Putin mengaku banyak hal yang akan dibicarakan saat bertemu Assad.
Salah satunya adalah tentang nasib wartawan Amerika Serikat yang hilang selama 12 tahun yaitu Austin Tice.
"Terus terang saja, saya belum bertemu dengan Presiden Assad sejak ia datang ke Moskow. Tetapi saya berencana untuk bertemu dengannya. Saya pasti akan berbicara dengannya," kata Putin, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.
Kemudian ia membantah telah melakukan intervensi di Suriah pada tahun 2015 dan membalikkan keadaan perang saudara di sana demi kepentingan al-Assad.
"Anda ingin menggambarkan segala sesuatu yang terjadi di Suriah sebagai semacam kegagalan, kekalahan bagi Rusia. Saya jamin, itu tidak benar. Dan saya akan memberi tahu Anda alasannya. Kami datang ke Suriah 10 tahun lalu untuk mencegah terbentuknya kantong teroris di sana," tegas Putin.
Tak ingin disebut kalah, Putin justru mengklaim telah mencapai tujuannya di Suriah.
Ia menjelaskan bahwa keberadaan Rusia telah mengubah keadaan Suriah saat ini.
"Secara keseluruhan, kami telah mencapai tujuan kami. Bukan tanpa alasan bahwa saat ini banyak negara Eropa dan Amerika Serikat ingin menjalin hubungan dengan mereka (penguasa baru Suriah). Jika mereka adalah organisasi teroris, mengapa Anda (Barat) pergi ke sana? Jadi itu berarti mereka telah berubah," terangnya.
Baca juga: Bashar Al-assad Dikabarkan Angkut Uang Rp 4 Triliun ke Rusia Sebelum Ditumbangkan Pemberontak
Tak sampai di situ, Putin mengkau memiliki hubungan baik dengan semua pihak untuk memjaga stabilitas Suriah.
“Kami menjaga hubungan dengan semua kelompok yang mengendalikan situasi di sana, dengan semua negara di kawasan tersebut,” lanjut Putin, dikutip dari Al Jazeera.
Ia juga mengklaim bahwa mereka (penguasa baru Suriah) menginginkan pangkalan militer Rusia tetap berjalan di Suriah.
"Sebagian besar dari mereka memberi tahu kami bahwa mereka tertarik agar pangkalan militer kami tetap berada di Suriah," tambahnya.
Menurut Putin, keberadaan pangkalan militer Rusia dapat bermanfaat dan memberikan bantuan bagi warga Suriah.
"Rusia menawarkan untuk mempertahankan pangkalan di sana untuk tujuan kemanusiaan", katanya.
Sebagai informasi, Moskow telah mendukung Suriah sejak awal Perang Dingin, dan telah mengakui kemerdekaannya pada tahun 1944 saat Damaskus berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kolonial Prancis.
Diketahui, Rusia memiliki 2 pangkalan militer di Suriah yaitu pangkalan angkatan laut di Tartous dan Pangkalan Udara Khmeimim di dekat kota pelabuhan Latakia.
Pangkalan Tartous dibangun pada tahun 1971, tepatnya setelah Rusia ikut campur tangan dalam perang saudara untuk membantu Assad.
Pada tahun 2017, Rusia memberikan sewa gratis selama 49 tahun kepada Assad.
Rusia juga memiliki pos penyadapan di Suriah yang dijalankan di samping stasiun sinyal Suriah.
Runtuhnya Rezim Assad
Rezim Assad berhasil digulingkan setelah lebih dari 13 tahun perang.
Assad digulingkan oleh kelompok oposisi dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus pada Minggu.
Setelah digulingkan, Assad dilaporkan kabur dari Suriah dan berada di Moskow setelah mendapat tawaran suaka dari Rusia.
Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax pada hari Minggu (8/12/2024).
Tak sendiri, Assad dikabarkan kabur dari Suriah bersama keluarganya.
"Presiden al-Assad dari Suriah telah tiba di Moskow. Rusia telah memberi mereka (dia dan keluarganya) suaka atas dasar kemanusiaan," tulis Interfax, dikutip dari Al-Arabiya.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Peskov.
Peskov mengatakan Assad telah diberi suaka di Rusia, dan mengatakan keputusan itu dibuat oleh Presiden Vladimir Putin.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Suriah