TRIBUNNEWS.COM - Pejuang Palestina, Hamas merilis sebuah pernyataan yang menjelaskan bahwa sebenarnya kesepakatan gencatan senjata segera tercapai.
Namun Hamas menegaskan bahwa itu semua dapat terjadi jika Israel tidak terus-terusan mengajukan syarat tambahan.
"Kemungkinan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza "lebih dekat dari sebelumnya, asalkan Israel tidak memaksakan persyaratan baru," kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Pernyataan ini dirilis Hamas tepat setelah pertemuan delegasinya dengan para pemimpin gerakan Jihad Islam dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina di Kairo untuk mencapai kesepakatan pada hari Jumat (20/12/2024).
Dari pertemuan tersebut, mereka sepakat pada komitmen untuk menghentikan agresi Israel, dan mengutuk apa yang mereka gambarkan sebagai keterlibatan internasional yang “memalukan”, dikutip dari Palestine Chronicle.
Selain membahas gencatan senjata, pertemuan tersebut juga membahas tentang penderitaan rakyat Palestina dan kejahatan berkelanjutan yang dilakukan oleh pendudukan Israel.
Delegasi tersebut juga dilaporkan meninjau kemajuan terbaru pada rencana Komite Dukungan Masyarakat untuk mengelola Jalur Gaza.
Pertemuan antara kelompok Palestina ini diadakan di ibu kota Mesir, Kairo.
Atas diadakannya pertemuan ini, kelompok-kelompok Palestina menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Mesir.
Mereka juga sepakat untuk terus berkomunikasi dalam konsultasi dan koordinasi mengenai semua perkembangan terkait agresi Israel dan negosiasi gencatan senjata.
Setelah pertemuan ini, mereka berharap bahwa akan ada pertemuan selanjutnya untuk menyelesaikan rincian pembentukan Komite Dukungan Masyarakat untuk memerintah Gaza setelah perang.
Sementara itu, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada satu hari sebelumnya, memberitahukan kepada keluarga para tahanan di Gaza bahwa kondisi untuk mencapai kesepakatan pertukaran sandera-tahanan dengan faksi-faksi Palestina telah "membaik," meski belum ada kesepakatan yang tercapai.
Baca juga: Gencatan Senjata Perang Gaza Makin Dekat, tapi Israel Malah Berencana Serang Kamp Pengungsi Bureij
Pernyataan tersebut menjadi pertama kalinya kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan kemajuan dalam negosiasi sejak dimulainya perang di Gaza.
Selama ini, Kairo dan Doha telah melakukan upaya intensif dengan semua pihak untuk mencapai kesepakatan.
Para mediator juga selama ini telah berupaya untuk menjadi mediasi Palestina dan Israel.
Akan tetapi, hingga saat ini upaya mediasi terus-terusan gagal.
Hal tersebut lantaran Netanyahu yang memberi syarat bahwa dirinya tidak ingin perang di Gaza berhenti secara permanen.
Tidak hanya itu, Netanyahu juga tidak ingin menarik pasukannya dari Gaza.
74 Persen Warga Israel Ingin Gencatan Senjata Tercapai
Jajak pendapat Ma'ariv terkini yang dilakukan oleh Lazar Research bekerja sama dengan Panel4All mengungkapkan bahwa banyak warga Israel yang menginginkan terjadinya gencatan senjata.
Sekitar 74 persen warga Israel berharap itu segera terjadi, bahkan mereka setuju apabila perang di Gaza berakhir.
Selain itu, sekitar 57 persen pemilih koalisi juga mendukung kesepakatan.
Dari jumlah tersebut, sekitar 16 persen responden lebih memilih kesepakatan parsial.
Sementara 10 persen responden merasa ragu-ragu dengan kesepakatan gencatan senjata.
Konflik Palestina vs Israel
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Mereka mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan terus melancarkan serangan tanpa henti hingga saat ini.
Serangan Israel ini telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina.
Sejak saat itu, militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, mengusir hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel