News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Fantastis, Penguasa Baru Suriah Tuntut Ganti Rugi ke Iran Rp 4.854 Triliun Karena Dukung Rezim Assad

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Golani yang kini menjadi pengendali Suriah seusai menggulingkan rezim Presiden Bashar al Assad, memeriksa kerusakan akibat gempa bumi di desa Besnaya di provinsi Idlib pada 7 Februari 2023.

Fantastis, Penguasa Baru Suriah Tuntut Ganti Rugi ke Iran Rp 4.854 Triliun

TRIBUNNEWS.COM - Media yang dekat dengan pemerintahan baru Suriah melaporkan pada hari Rabu bahwa otoritas Suriah sedang bersiap untuk mengajukan memorandum ke pengadilan internasional yang menuntut Iran membayar ratusan miliar dolar sebagai kompensasi kepada negara dan rakyat Suriah.

Memorandum tersebut dilaporkan meminta ganti rugi dengan jumlah fantastis sebesar 300 miliar dolar AS atau sekitar Rp 4.854 Triliun.

Baca juga: Israel Cari Musuh Baru, Kirim Pesan ke HTS Ogah Mundur dari Suriah: IDF Bangun 7 Titik Militer

Kompensasi itu dklaim untuk mengganti kerugian rakyat Suriah yang disebabkan oleh dukungan militer Iran terhadap rezim Assad untuk menindas rakyat, termasuk dukungan terhadap milisi yang terkait dengan Teheran.

Perkembangan ini menyusul digulingkannya Presiden Bashar al-Assad oleh pasukan oposisi pada tanggal 8 Desember dalam serangan cepat yang mengakhiri perang selama 13 tahun.

Iran telah menginvestasikan miliaran dolar untuk mendukung Assad, mengirimkan pasukan Garda Revolusi  (IRGC) untuk membantunya tetap berkuasa.

Muhammed al-Julani (kiri), pemimpin aliansi oposisi bersenjata, HTS, mengajak rakyat Suriah ke alun-alun di kota Damaskus dan kota lainnya pada Jumat (13/12/2024) untuk merayakan kemenangan usai jatuhnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. (X)

Kirim Peringatan Keras ke Iran

Sementara itu, Menteri Luar Negeri baru Suriah, Asaad Hassan Al-Shaibani, mengeluarkan peringatan keras kepada Iran, mendesaknya untuk menghormati kedaulatan Suriah dan keinginan rakyatnya.

Dalam sebuah posting di X, Shaibani menyatakan, “Iran harus menghormati keinginan rakyat Suriah dan kedaulatan negara. Kami memperingatkan mereka agar tidak menyebarkan kekacauan di Suriah dan meminta pertanggungjawaban mereka atas segala konsekuensi dari pernyataan terbaru mereka.”

Baca juga: Pasukan Elite Divisi Keempat Suriah Terlunta-lunta di Lebanon: Buang Seragam, Jual Murah Senjata 

Sumber keamanan Suriah mengatakan sebagian besar kelompok bersenjata di Lebanon memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli senjata tentara Suriah. (the national/tangkap layar/kredit foto: Reuters)

Faksi-Faksi Bersenjata Sepakat Bubar

Faksi-faksi bersenjata Suriah sepakat untuk membubarkan diri dan bergabung di bawah Kementerian Pertahanan pada pemerintahan yang baru.

"Langkah itu diambil selama pertemuan di Damaskus antara kepala pemerintahan baru Suriah Ahmed al-Sharaa dan perwakilan faksi revolusioner di Suriah," lapor kantor berita negara SANA, Selasa (24/12/2024).

Ahmed al-Sharaa atau yang terkenal dengan nama Abu Muhammad Al-Julani adalah pemimpin aliansi oposisi bersenjata Hayat Tahrir al-Sham (HTS) sekaligus kepala operasi militer yang menumbangkan rezim Presiden Bashar al-Assad.

Foto-foto yang diterbitkan oleh SANA menunjukkan sejumlah besar pemimpin faksi Suriah menghadiri pertemuan dengan al-Sharaa.

Sebelumnya pada Minggu (22/12/2024), Al-Julani menyatakan faksi-faksi tersebut akan mengumumkan pembubaran mereka dan bergabung dengan tentara.

"Selama revolusi, ada banyak kelompok, tetapi itu tidak dapat berlanjut di negara ini. Dalam beberapa hari mendatang, Kementerian Pertahanan akan diumumkan, dan sebuah komite pejabat militer senior akan dibentuk untuk menciptakan tentara masa depan Suriah. Setelah itu, kelompok-kelompok itu akan bubar," kata Al-Julani selama konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di Damaskus pada Minggu.

Meski sebagian besar faksi setuju, namun tidak jelas apakah kesepakatan itu mencakup faksi yang dipimpin Kurdi di timur laut Suriah.

Pekan lalu, Perdana Menteri Suriah, Mohammed al-Bashir mengatakan kementerian akan direstrukturisasi dengan menggunakan mantan faksi pemberontak dan perwira yang membelot dari tentara mantan Presiden Bashar al-Assad, seperti diberitakan ABC Net.

Jatuhnya Rezim Assad di Suriah

Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah oposisi bersenjata mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.

Sebelumnya, aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.

Baca juga: Presiden Turki Erdogan akan Kunjungi Suriah bersama Delegasi Besar, Apa yang Dibahas?

Pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Julani, mendeklarasikan runtuhnya rezim Assad melalui pidato di Damaskus pada Minggu (8/12/2024).

Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia, tempat ia memperoleh suaka.

Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.

Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.

Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini