Puluhan HTS Tewas Disergap Loyalis Assad, Pemerintah Baru Suriah: Kami Balas dengan Tangan Besi
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 14 personel Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dilaporkan tewas akibat penyergapan yang dilakukan pasukan loyalis mantan Presiden Suriah Bashar Assad.
Total korban tewas dilaporkan sebanyak 17 orang, termasuk 14 personel HTS yang kini menjadi pasukan keamanan Suriah," menurut Syrian Observatory for Human
Rights (SOHR), dikutip Kamis (26/12/2024).
Penyergapan itu terjadi saat pasukan keamanan Suriah menggelar operasi untuk menangkap mantan pejabat rezim Assad.
Baca juga: Suriah Jatuh, Iran Pertimbangkan Metode Terbang Buat Selundupkan Senjata ke Hizbullah Lebanon
Penyergapan itu juga melukai 10 orang lain anggota personel keamanan baru Suriah.
Penyergapan, yang terjadi di dekat pelabuhan Mediterania Tartous pada Selasa, juga mengakibatkan tiga militan dari pasukan setia Assad terbunuh, klaim SOHR yang berbasis di Inggris.
Observatorium berbasis di Inggris tersebut menambahkan bahwa pasukan keamanan kemudian membawa bala bantuan untuk melawan militan loyalis Assad.
Menurut laporan BBC, pasukan kementerian dalam negeri disergap saat mereka mencoba menangkap seorang mantan perwira penjara Saydnaya yang terkenal, dekat ibu kota Damaskus.
Menteri Dalam Negeri Otoritas Baru Suriah, Mohammed Abdel Rahman, memverifikasi insiden tersebut, dengan menyatakan bahwa "14 personel kementerian dalam negeri tewas dan 10 lainnya terluka setelah... penyergapan berbahaya oleh sisa-sisa rezim kriminal" di provinsi tersebut.
Baca juga: Misteri Penjara Bawah Tanah Rahasia Rezim Assad di Suriah, Ruang Garam di Sednaya dan Tumpukan Jasad
Cari Mantan Petinggi Penjara Sednaya
Operasi militer yang dilakukan personel keaman Suriah yang berhasil menggulingkan Assad dalam beberapa minggu terakhir itu dilaporkan memburu mantan pejabat Kehakiman rezim Assad.
Observatorium tersebut mengindikasikan, pertempuran itu pecah di Khirbet alMaaza, komunitas Alawite yang sebelumnya bersekutu dengan pemimpin yang digulingkan Bashar al-Assad.
"Pasukan berusaha menangkap Mohammed Kanjo Hassan , mantan pejabat departemen kehakiman militer rezim Assad yang dituduh mengeluarkan hukuman mati dan mengesahkan eksekusi dan keputusan sewenang-wenang terhadap ribuan tahanan," kata laporan observatorium tersebut.
Menurut laporan, saudara pejabat yang dicari dan pendukung bersenjata mereka mencegat pasukan keamanan Suriah, menyerang kendaraan patroli dan melawan penggeledahan rumah di desa tersebut.
Observatorium melaporkan bahwa pihak pasukan keamanan kemudian menahan "puluhan orang".
Penjara Saydnaya , yang dikenal karena eksekusi dan penyiksaan sistematis, merupakan bentuk kontrol keras rezim Assad.
Fasilitas tersebut dibuka bulan ini setelah pasukan yang dipimpin HTS menyingkirkan Assad dari kekuasaan, mengakhiri konflik selama lebih dari 13 tahun yang mengakibatkan lebih dari 500.000 kematian.
Observatorium melaporkan keterlibatan pejabat tersebut dalam kekejaman di Saydnaya, lokasi yang terkait dengan sejarah Suriah tentang orang-orang yang hilang dan penganiayaan terhadap tahanan.
Otoritas Baru Suriah: Kami Akan Menyerang dengan Tangan Besi demi Stabilitas
Menteri Dalam Negeri Suriah, Mohammad Abdul Rahman, mengeluarkan pernyataan Kamis pagi menyusul pengumuman kalau 14 personel keamanan tewas dan 10 lainnya terluka dalam penyergapan yang dilakukan oleh sisa-sisa rezim sebelumnya di pedesaan Tartus.
Dalam pernyataannya, menteri tersebut menekankan pengorbanan yang dilakukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas Suriah, dengan menyatakan, "Hari ini, Kementerian telah memberikan contoh pengorbanan dan pengabdian untuk menjaga keamanan, stabilitas, dan keselamatan warga negara Suriah."
Ia menambahkan, "Pengorbanan ini tidak akan berhenti sampai stabilitas tercapai dan keamanan sepenuhnya pulih bagi rakyat Suriah. Kami akan menyerang dengan tangan besi siapa pun yang berani mengancam keamanan Suriah dan kehidupan warganya."
Menteri Dalam Negeri Suriah mengonfirmasi bahwa beberapa personel keamanan disergap saat menjalankan tugas mereka untuk menjaga keamanan dan melindungi penduduk di pedesaan Tartus.
Ia lebih lanjut menyatakan bahwa total 24 anggota pasukan Kementerian Dalam Negeri tewas dan terluka dalam serangan itu.
Menurut menteri, penyergapan dilakukan oleh sisa-sisa rezim sebelumnya saat pasukan keamanan sedang menjalankan misi mereka.
Otoritas Baru Suriah Ambil Komando Keamanan
Serangan dan pertempuran berikutnya menyoroti kesulitan saat ini dalam menjaga keamanan dan menerapkan keadilan di periode pasca-Assad di Suriah.
Dua minggu lalu, Suriah menyaksikan penggulingan Bashar-al-Assad oleh pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Kecepatan kilat pasukan pemberontak yang dimulai dari timur laut Suriah, menyebar ke seluruh negeri dan mengakhiri kekuasaan keluarga Assad selama lebih dari 50 tahun.
Assad, bersama keluarganya, harus melarikan diri ke Rusia, demikian klaim sejumlah laporan.
HTS mengambil alih komando negara tersebut sejak saat itu dan berjanji untuk melindungi minoritas agama dan etnis di Suriah.
Namun, kelompok tersebut ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Inggris, AS, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Protes meletus di Suriah pada hari Selasa atas pembakaran pohon Natal, yang mendorong otoritas yang dipimpin otoritas baru untuk bertindak dan melindungi kaum minoritas.