TRIBUNNEWS.COM – Sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) kiriman Amerika Serikat (AS) untuk Israel dilaporkan berhasil menangkis rudal balistik yang ditembakkan kelompok Houthi.
Rudal tersebut diluncurkan Jumat dini hari, (27/12/2024), atau sehari sesudah Israel membombardir Yaman.
Kala itu sirene meraung di Israel bagian tengah, termasuk daerah Tel Aviv, Sharon, dan Shfela.
Israel mengklaim THAAD berhasil mencegat rudal sehingga tidak ada korban jiwa maupun kerusakan langsung.
Peristiwa itu merupakan momen pertama kali THAAD digunakan oleh Israel sejak dikirimkan pada bulan Oktober kemarin.
THAAD dioperasikan oleh sekitar 100 tentara AS yang ditempatkan di Israel. Sistem itu dirancang untuk menangkis rudal di altitudo tinggi, bahkan di luar atmosfer, dengan energi kinetik.
“Kami sudah menunggu hal ini selama 18 tahun,” kata salah satu tentara AS yang mengoperasi THAAD, dikutip dari Yedioth Ahronoth.
Bisa dikatakan bahwa THAAD memiliki sistem pertahanan Arrow milik Israel. THAAD bisa menargetkan berbagai tahapan lintasan terbang rudal musuh.
Pejabat Israel menganggap THAAD telah meningkatkan sistem pertahanan berlapis Israel secara signifikan
Mantan Komandan Pertahanan Udara Israel Brigjen Zvika Haimovich berujar bahwa pengoperasian THAAD di Israel itu merupakan hal yang tak lazim.
Pasalnya, AS menyerahkan pasukannya agar berada di bawah perintah Israel. Padahal, di bagian dunia lain, AS tidak menggunakan cara itu.
Baca juga: Balas Serangan Israel, Houthi Yaman Tembakkan Rudal ke Bandara Tel Aviv
Spesifikasi THAAD
Dikutip dari RBC Ukraina, THAAD dirancang untuk menangkis rudal balistik jarak menengah atau pesawat musuh pada altitudo tinggi di luar atmosfer.
Sistem canggih itu diproduksi oleh perusahaan pertahanan AS bernama Locheed Martin Missiles and Space.
THAAD tidak menggunakan hulu ledak, tetapi energi kinetik. Oleh karena itu, THAAD jauh lebih efektif daripada sistem pertahanan Patriot dalam melawan target berkecepatan tinggi (PAC-1 dan PAC-2).