Arbel mewakili faksi Ortodoks dalam koalisi pemerintahan Israel. Dia menolak keberadaan orang Yahudi di Al-Aqsa.
Ada banyak komunitas ultra-Ortodoks yang meyakini kompleks itu sebagai area sakral dan mematuhi aturan yang melarang kunjungan ke sana.
Sementara itu, warga Palestina takut, serbuan Israel itu pada akhirnya akan membuat masjid itu dibagi dua menjadi milik umat Islam dan Yahudi.
Hal seperti itu pernah terjadi pada Masjid Ibrahimi di Hebron yang dipecah tahun 1990-an.
Dituding ingin "ledakkan Timur Tengah"
Perilaku Ben Gvir yang kerap masuk ke kompleks Al-Aqsa perang dikecam oleh Yoav Gallant yang waktu itu masih menjadi Menteri Pertahanan Israel.
Gallant menuding Israel ingin "meledakkan" Timur Tengah dengan mengubah status quo Al-Aqsa.
Tuding itu disampaikan Gallant setelah Ben Gvir mengizinkan pemukim Yahudi untuk berdoa di sana.
Baca juga: Tanggapi Klaim Mantan Sandera Hamas, Ben Gvir Tetap Tolak Gencatan Senjata
"Itamar Ben Gvir terus berupaya meledakkan Timur Tengah," kata Gallant di X pada bulan Juli 2024.
"Saya dengan tegas menolak gagasan apa pun yang membahayakan status quo di kota suci Yerusalem."
(Tribunnews/Febri)