TRIBUNNEWS.COM - Natal tahun ini menjadi Natal pertama di Suriah setelah penggulingan rezim Bashar Al-Assad.
Tentunya Natal tahun ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya bagi warga Suriah.
Di Kota Sednaya berdiri sebuah pohon Natal besar dengan dekorasi lampu hijau terang.
Ini menjadi pusat perhatian dalam perayaan Natal tahun ini.
Suasana meriah ditandai dengan musik, kembang api, dan masyarakat yang mengenakan topi Sinterklas.
Perayaan ini memberikan secercah kebahagiaan di kota yang telah dilanda perang selama lebih dari satu dekade dan dikenal dengan penjara tempat ribuan orang ditahan.
Salah seorang warga mengatakan bahwa tahun ini Natal disambut dengan kebahagiaan dan kemenangan.
“Tahun ini berbeda, ada kebahagiaan, kemenangan, dan kelahiran baru bagi Suriah dan kelahiran baru bagi Kristus,” kata peserta Houssam Saadeh, dikutip dari Al-Arabiya.
Warga lainnya juga mengatakan Natal ini menjadi harapan baru bagi persatuan lintas semua organisasi dan agama di Suriah.
Di Gereja Lady of Damascus, jemaat dari berbagai usia menghadiri kebaktian dengan lilin dan lagu-lagu rohani.
Namun, beberapa jam sebelum kebaktian, protes terjadi di Damaskus mengecam insiden pembakaran pohon Natal di Provinsi Hama.
Para pengunjuk rasa menyatakan dukungan terhadap Yesus dan persatuan rakyat Suriah melalui slogan-slogan penuh semangat.
Baca juga: 14 Polisi Suriah Tewas Disergap Sisa-sisa Pasukan Rezim Bashar al-Assad
“Kami adalah prajuritmu, Yesus”, “Dengan darah dan jiwa kami, kami berkorban untuk Yesus”, dan “Rakyat Suriah adalah satu.”
Pohon itu dilaporkan dibakar pada tanggal 23 Desember, yang semakin meningkatkan ketakutan di kalangan minoritas Kristen Suriah.
Di bawah Assad, umat Kristen diizinkan merayakan hari raya mereka dan menjalankan ritual mereka.
Penduduk ibu kota Suriah, Damaskus, mengatakan kepada CNN bahwa HTS tidak memberlakukan pembatasan apa pun pada perayaan atau doa tahun ini.
Pemimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Jolani yang saat ini dikenal dengan Ahmad al-Sharaa mengatakan bahwa kelompoknya akan melindungi kaum minoritas dan organisasi agama di Suriah, dikutip dari CNN.
Pemerintah yang dipimpin HTS mengatakan bahwa Rabu (25 Desember) dan Kamis (26 Desember) akan menjadi hari libur umum.
Jatuhnya Assad
Sebagai informasi, pasukan rezim Assad dan kelompok antirezim kembali bentrok pada 27 November 2024.
Bentrokan antara 2 kelompok ini terjadi di daerah pedesaan sebelah barat Aleppo, kota besar di Suriah utara.
Bentrokan ini terjadi selama 10 hari.
Kelompok pemberontak melancarkan berbagai serangan hingga merebut kota-kota penting di Suriah.
Puncaknya terjadi pada Minggu (8/12/2024) ketika oposisi yang didukung oleh unit-unit militer yang membelot menyebabkan rezim Assad runtuh setelah perang saudara selama 14 tahun.
Setelah digulingkan, Assad dilaporkan kabur dari Suriah dan berada di Moskow setelah mendapat tawaran suaka dari Rusia.
Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax pada Minggu (8/12/2024).
Tak sendiri, Assad dikabarkan kabur dari Suriah bersama keluarganya.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Kremlun, Dmitry Peskov.
Peskov mengatakan Assad telah diberi suaka di Rusia, dan mengatakan keputusan itu dibuat oleh Presiden Vladimir Putin.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Suriah