TRIBUNNEWS.COM - CEO Jeju Air, Kim Leebae, mengungkapkan permohonan maaf mendalam setelah kecelakaan pesawat yang terjadi pada Minggu, 29 Desember 2024, di Bandara Muan.
Kecelakaan tersebut menewaskan sedikitnya 179 orang dari total 181 orang yang berada di dalam pesawat bernomor penerbangan 7C2216.
Pesawat Jeju Air tersebut mendarat di Bandara Muan setelah terbang dari Bangkok, Thailand, sekitar pukul 9 pagi waktu setempat.
Namun, pesawat gagal mendarat dengan baik, keluar dari landasan pacu, dan meledak menjadi bola api setelah menghantam tembok bandara.
Menurut laporan badan pemadam kebakaran nasional, dua orang, yaitu seorang penumpang dan seorang awak pesawat, berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup.
CEO Jeju Air Minta Maaf
Ketika ditanya tentang kemungkinan tabrakan burung sebagai penyebab kecelakaan, Kim menyatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan hal tersebut dan masih menunggu hasil investigasi resmi dari instansi pemerintah terkait.
"Saya menundukkan kepala untuk meminta maaf kepada semua orang yang peduli dengan Jeju Air... Saat ini sulit untuk menentukan penyebab kecelakaan tersebut," kata CEO Jeju Air, Kim Lee-bae, dalam jumpa pers di Hotel Mayfield di Gangseo-gu, Seoul, pada hari ini.
Jeju Air berkomitmen untuk melakukan segala upaya dalam menyelesaikan masalah ini dan mendukung keluarga para penumpang.
Sementara itu, Boeing juga mengeluarkan pernyataan melalui email, menyatakan bahwa mereka sedang berkoordinasi dengan Jeju Air terkait penerbangan 2216 dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang terkasih.
Kecelakaan ini menjadi yang terburuk yang dialami oleh maskapai penerbangan Korea Selatan sejak kecelakaan Korean Air di Guam pada tahun 1997, yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Baca juga: Pilot Sempat Bilang Mayday, Hal yang Diketahui Sejauh Ini dari Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel
Penyelidikan saat ini sedang dilaksanakan untuk menentukan penyebab pasti dari kecelakaan tersebut, termasuk kemungkinan adanya tabrakan burung yang menyebabkan roda pendaratan tidak berfungsi, serta kondisi cuaca saat kejadian.
Seorang penumpang mengirimkan pesan singkat kepada kerabatnya, menyebutkan bahwa terdapat burung yang tersangkut di sayap pesawat, yang menjadi salah satu fokus dalam penyelidikan ini.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).