Badan pemadam kebakaran nasional mengatakan kebakaran awal berhasil dikendalikan pada pukul 09.46 pagi, 43 menit setelah panggilan darurat pertama diterima pada pukul 09.03 pagi.
Dugaan Awal Penyebab Kecelakaan
Pilot pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 2216 dari Bangkok diduga berupaya melakukan pendaratan darurat setelah roda pendaratan pesawat gagal berfungsi dengan benar.
Selama upaya pendaratan darurat, pesawat tidak dapat mengurangi kecepatannya secara memadai saat mendekati ujung landasan pacu.
Pesawat kemudian menabrak struktur bandara di ujung landasan pacu, mengakibatkan kerusakan parah pada badan pesawat dan memicu kebakaran.
Masih dari The Guardian, penerbangan Jeju Air dilaporkan telah mencoba satu pendaratan sebelum dipaksa untuk "berputar-putar" ketika roda pendaratan gagal turun secara normal.
Go-around adalah manuver penerbangan standar di mana pilot membatalkan upaya pendaratan dan berputar-putar untuk mencoba lagi.
Tabrakan burung diduga telah menyebabkan kerusakan roda pendaratan, meskipun hal ini masih dalam penyelidikan.
Sebagai informasi, Pejabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok memerintahkan “upaya habis-habisan untuk operasi penyelamatan” di Bandara Muan.
“Semua instansi terkait harus mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk menyelamatkan personel,” katanya kepada para pejabat dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Dua Kecelakaan Pesawat Tragis di Penghujung 2024, Jeju Air dan Azerbaijan Airlines
Pesawat itu, jet Boeing 737-800, dilaporkan membawa dua penumpang berkebangsaan Thailand dan sisanya diyakini warga Korea Selatan.
Kecelakaan itu merupakan kecelakaan fatal pertama dalam sejarah Jeju Air, salah satu maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar Korea Selatan, yang didirikan pada tahun 2005.
Pada bulan Agustus 2007, sebuah pesawat Bombardier Q400 yang dioperasikan oleh Jeju Air yang membawa 74 penumpang keluar dari landasan pacu karena angin kencang di bandara selatan Busan-Gimhae, yang mengakibatkan belasan orang terluka.
Para ahli mengatakan bahwa industri penerbangan Korea Selatan memiliki rekam jejak yang solid dalam hal keselamatan.
Di sisi lain, tragedi ini terjadi hanya dua hari setelah Choi menjabat sebagai pejabat presiden, babak terakhir dalam masa kekacauan politik di Korea Selatan.