TRIBUNNEWS.COM - Gesekan antara warga di beberapa desa Suriah dengan tentara pendudukan Israel terus terjadi.
Para warga Suriah memprotes atas aksi Israel yang melakukan invasi di wilayah mereka.
Yedioth Ahronoth mencatat bahwa terjadi dua gesekan dalam seminggu terakhir, menurut sumber militer Israel.
Media Israel itu mengatakan gesekan tersebut tidak akan menjadi yang terakhir.
Padahal, militer Israel sempat mengklaim bahwa kondisi wilayah zona penyangga "relatif tenang dan optimis".
"Hanya masalah waktu sampai pasukan kita menerima sebuah rudal, yang dapat menyebabkan kematian tentara, dan kemudian segalanya akan menjadi lebih buruk," kata seorang perwira militer di Komando Utara Israel, dikutip dari Al Araby.
"Sangat sulit untuk menjelaskan pentingnya apa yang kami lakukan di sini," lanjutnya.
Kata-kata perwira Israel tersebut mungkin membuat orang berpikir bahwa Israel berencana untuk menciptakan perselisihan dengan penduduk Suriah atau menyebabkan mereka pecah untuk membenarkan perpanjangan kehadirannya di wilayah yang baru-baru ini mereka duduki di Suriah selatan.
Seperti yang diakui oleh petugas itu sendiri, saat ini tidak ada apa pun yang dilakukan tentara di sana.
"Para prajurit keluar dari rutinitas pertempuran sengit di Lebanon selatan melawan Hizbullah, dan sebelumnya melawan Hamas di Gaza, dan sekarang mereka mendapati diri mereka melihat para petani Suriah membajak tanah mereka dan tidak memperhatikan kehadiran musuh kami yang mengganggu di sini, dengan tank-tank yang melintasi desa-desa setiap hari," kata perwira tersebut.
"Hal ini akan menarik sel atau kelompok bersenjata ke sini untuk melakukan reaksi balasan," lanjutnya.
Baca juga: Turki Tingkatkan Upaya Penyediaan Listrik ke Suriah, Cepat Bangkitkan Sektor Energi yang Terpukul
Tentara pendudukan belum menyadari apa yang mereka gambarkan sebagai “sel bersenjata”, dan belum ada satu pun dari mereka yang mendekati, seperti yang mereka klaim, wilayah Golan yang mereka duduki, dan mereka bahkan belum melihat adanya gerakan dari faksi oposisi di wilayah tersebut.
Pihak militer mengklaim bahwa alasan di balik hal ini adalah keasyikan kepemimpinan baru Suriah dalam menyatukan barisan dan memperkuat keberanian para anggotanya setelah sejumlah dari mereka tewas dalam bentrokan bersenjata dengan sisa-sisa rezim Bashar al-Assad.
Adapun Daraa, yang merupakan kota besar dekat Yordania dan hanya berjarak puluhan kilometer dari Golan Suriah, ia mengklaim bahwa ada “militan Islam yang kedatangannya (ke tempat pasukannya berada) hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan”.