AS dan Inggris sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan tentang serangan udara terbaru di Yaman.
Israel Ancam Hancurkan Houthi
Dalam sebuah pidato, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengancam akan menghancurkan Houthi seperti mereka menghancurkan Hamas dan Hizbullah.
Dia bahkan menyinggung betapa Israel mampu menetralisir sistem pertahanan Iran, negara yang disebut-sebut menjadi beking utama Houthi.
"Pada hari-hari ini ketika Houthi menembakkan rudal ke Israel, saya ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada mereka. Di awal pidato saya, kami mengalahkan Hamas, kami mengalahkan Hizbullah, kami menonaktifkan sistem pertahanan Iran dan menyerang jaringan produksi.
Katz juga menyiratkan peran Israel dalam penggulingan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang menurutnya adalah pukulan telak bagi 'Poros Perlawanan', jaringan proksi milisi perlawanan yang dikendalikan Iran.
"Kami menghancurkan rezim Assad di Suriah dan memberikan pukulan telak terhadap Poros Kejahatan. Kami juga akan menyerang dengan keras organisasi Houthi, yang masih menjadi kelompok terakhir yang bertahan dan menembaki Israel. Siapa pun yang mengangkat tangannya melawan Israel akan dipotong tangannya, tentara Israel akan memukulnya dan meminta pertanggungjawabannya,” kata Katz.
Pejabat Israel: Teknologi Houthi Lebih Canggih dari yang Diperkirakan
Seorang pejabat Israel mengakui bahwa teknologi yang dimiliki Houthi lebih canggih daripada yang diperkirakan banyak orang.
Oleh karena itu, upaya Israel untuk melawan kelompok dari Yaman itu barangkali akan lebih sulit.
Kepada media terkenal asal Amerika Serikat, The New York Times, pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan Houthi tak seharusnya diremehkan.
Menurutnya, berkat bantuan Iran, Houthi mampu mengambil “langkah praktis” dalam mengejar tujuannya, yakni menghancurkan Israel.
Sementara itu, Yoel Guzansky, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Israel, menyebut Houthi hendak melancarkan perang atrisi melawan Israel.
“Houthi menginginkan perang atrisi melawan Israel dengan terus menembak sehingga mereka bisa berkata, ‘Kami adalah perlawanan nyata,’” kata Guzansky.
Dia berujar sebagian rencana Houthi didasarkan pada ekonomi sederhana.
Rudal dan pesawat nirawak atau drone yang diluncurkan Houthi mungkin hanya berbiaya beberapa ribu dolar. Namun, biaya yang dikeluarkan Israel untuk menangkisnya mencapai puluhan ribu dolar.
Sejarawan militer Danny Orbach di Universitas Ibrani mengungkapkan tantangan lain yang harus dihadapi Israel.
Tantangan itu ialah jarak yang begitu jauh. Houthi berada di Yaman yang berjarak lebih dari seribu mil dari Israel.
Jarak jauh itu juga disinggung oleh Amatzia Baram, seorang guru besar sejarah Timur Tengah dan Direktur Pusat Kajian Irak di Universitas Haifa.
Baca juga: Momen Pertama Kalinya Sistem THAAD AS di Israel Tangkis Rudal Houthi: Kami Sudah Menunggu 18 Tahun
“Jaraknya sangat jauh, hampir 2.000 km. Ini bukan Tartus, Latakia, atau Beirut, ini dunia yang sepenuhnya berbeda,” kata Baram saat diwawancarai Maariv.
Menurutnya, Israel butuh lima jam penerbangan pulang pergi untuk menyerang Houthi.
“Houthi mengetahui ini, mereka punya rudal. Rudal mereka bisa menjangkau kita. Kita tak punya rudal yang cocok untuk tugas ini. Kita hanya punya angkatan udara.”
“Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”
Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.
Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”
Houthi ‘The Last Man Standing’
Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.
Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.
“Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.
“Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”
Baca juga: Balas Serangan Israel, Houthi Yaman Tembakkan Rudal ke Bandara Tel Aviv
Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.
Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.
AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.
Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.
Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.
“Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.
(oln/fbr/khbrn/*)