TRIBUNNEWS.COM - Ledakan besar yang terjadi di luar Trump International Hotel di Las Vegas pada awal 2025 menimbulkan banyak pertanyaan.
Dikutip dari Al Jazeera, Federal Bureau of Investigation atau FBI menduga bahwa pengemudi Tesla Cybertruck yang meledak di lokasi tersebut adalah seorang tentara AS yang mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Matthew Alan Livelsberger, seorang tentara aktif AS yang bertugas di Jerman, ditemukan tewas di dalam Cybertruck setelah ledakan, BBC melaporkan.
Dikutip dari CNN, pihak berwenang mengatakan bahwa ia kemungkinan besar mengakhiri hidupnya di dalam Cybertruck yang dipenuhi bahan peledak dan kembang api.
FBI menemukan sebuah catatan di ponsel Livelsberger yang mengungkapkan motifnya.
Dalam pesan terakhirnya, ia menulis bahwa ledakan tersebut bukan merupakan serangan teroris, melainkan sebuah "peringatan" untuk Amerika Serikat (AS).
"Ini bukan serangan teroris, ini adalah seruan untuk bangun. Orang Amerika hanya memperhatikan tontonan dan kekerasan. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menyampaikan maksud saya selain aksi dengan kembang api dan bahan peledak," tulis Livelsberger.
Selain itu, Livelsberger juga menyampaikan kritik terhadap kondisi sosial dan politik di AS.
Pria itu menyebut Amerika "sakit parah dan menuju kehancuran".
Ia berharap aksi dramatis ini dapat menarik perhatian masyarakat.
Livelsberger Seorang Tentara AS dengan PTSD
Baca juga: Terungkap Isi Surat Terakhir Pengemudi Cybertruck yang Tewas dalam Ledakan di Depan Trump Hotel
Matthew Livelsberger adalah seorang sersan kepala operasi Pasukan Khusus Angkatan Darat.
Saat kejadian, ia sedang dalam masa cuti.
Ia diketahui memiliki riwayat masalah psikologis, yang menurut FBI terkait dengan PTSD akibat pengalamannya di medan perang.
Mantan pacar Livelsberger mengungkapkan bahwa ia pernah mengaku mengalami cedera otak traumatis selama penugasannya di luar negeri.
Ia juga mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan merasa bersalah atas tindakannya di medan perang.
Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa gangguan mental menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tindakannya.
Hubungan dengan Trump dan Musk
Dalam catatan yang ditinggalkannya, Livelsberger juga menyebutkan bahwa negara harus "bersatu di sekitar" Presiden terpilih Donald Trump dan CEO Tesla Elon Musk.
Beberapa waktu lalu, Musk memang terlihat semakin dekat dengan Trump, yang menjadi sorotan publik.
Meskipun demikian, pejabat hukum menegaskan bahwa Livelsberger tidak memiliki dendam terhadap Trump.
Baik Trump maupun Musk tidak berada di Las Vegas pada hari terjadinya ledakan.
Keduanya tengah menghadiri pesta Malam Tahun Baru di Florida.
Investigasi Berlanjut
FBI dan otoritas lokal terus melanjutkan penyelidikan terkait kejadian ini.
Data yang ditemukan di kendaraan Tesla Cybertruck yang disewa oleh Livelsberger mengungkapkan bahwa ia mengemudi lebih dari 800 mil dari Colorado ke Las Vegas.
Dia membeli senjata api secara sah selama perjalanan tersebut.
Sheriff Kevin McMahill dari Departemen Kepolisian Las Vegas mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui alasan mengapa Livelsberger memilih lokasi di luar Trump International Hotel sebagai tempat ledakan.
Namun, bukti menunjukkan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu yang telah dipertimbangkan.
Pada saat yang sama, tujuh orang mengalami luka ringan akibat ledakan tersebut.
Mereka semua telah dipulangkan setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
Penyelidikan masih terus berlanjut.
Pihak berwenang tengah menganalisis data yang telah ditemukan dari perangkat milik Livelsberger, yang diyakini dapat memberikan lebih banyak petunjuk terkait insiden ini.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)