TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat terus membela Israel mengenai tuduhan genosida di Gaza pada Rabu (8/1/2025).
Gedung Putih menyatakan, tidak ada genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina, lapor Anadolu Ajansi.
Pernyataan ini muncul hanya sehari setelah pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengakui adanya genosida di Sudan.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby menyatakan tidak ada genosida yang dilakukan oleh pihak Israel terhadap warga Palestina.
"Apa yang kita lihat di Sudan adalah genosida, tetapi itu tidak sama dengan apa yang terjadi di Gaza," kata Kirby.
Ia melanjutkan, peristiwa yang terjadi di Gaza tidak menggambarkan tindakan sistematis yang terorganisir, dengan tujuan membunuh etnis atau kelompok tertentu, seperti yang terjadi di Sudan.
Meskipun ada banyak korban sipil dalam konflik di Gaza, Kirbyy menyebut hal itu tidak dapat dikategorikan sebagai genosida.
"IDF (Tentara Pertahanan Israel) tidak sengaja membunuh warga Palestina karena mereka orang Palestina," ujar Kirby.
Pandangan Organisasi Internasional
Sejumlah organisasi internasional, termasuk komite Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyelidiki situasi di Gaza, serta kelompok hak asasi manusia seperti Amnesty International, justru memiliki pandangan yang berbeda.
Mereka menyatakan, pengepungan Gaza, penghalangan bantuan kemanusiaan, serta serangan yang menargetkan warga sipil dan pekerja bantuan, merupakan bentuk tindakan yang sengaja menyebabkan kematian dan penderitaan yang meluas.
Baca juga: Perlawanan Palestina Tewaskan Beberapa Tentara Israel di Gaza Utara saat Genosida Masuki Bulan Ke-15
Komite PBB bahkan mengklaim, Israel menggunakan kelaparan sebagai metode perang dan melanggar hukum internasional.
Mereka juga menyebut 'Zionis' menerapkan hukuman kolektif terhadap penduduk Palestina.
Sikap Washington terhadap Genosida di Sudan
Perbedaan pendapat ini semakin jelas ketika, sehari sebelumnya, pemerintahan Joe Biden menyatakan bahwa genosida sedang terjadi di Sudan.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengungkapkan bahwa Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan milisi sekutunya telah melakukan kekejaman terhadap warga Sudan.
Kekejaman yang disebut termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan yang dilakukan secara sistematis terhadap kelompok etnis tertentu.
Dengan pernyataan yang saling bertentangan ini, banyak pihak kini mempertanyakan sikap Washington terhadap situasi yang sedang berlangsung di Gaza dan Sudan.
Konsistensi AS dalam menanggapi tuduhan genosida di berbagai belahan dunia pun jadi tanda tanya.
Korban Jiwa dan Kejahatan Perang di Gaza
Sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih dari 45.900 orang dilaporkan tewas.
Serangan itu diluncurkan sebagai balasan atas serangan lintas batas yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang sebagai sandera.
Tuduhan kejahatan perang terhadap Israel juga dihadapkan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Keduanya dikenai surat perintah penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional pada November lalu.
Selain itu, Israel juga dihadapkan pada kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Pemukim Israel Bakar Mobil di Bethlehem
Para pemukim membakar kendaraan milik Palestina di desa Wadi Rahhal, selatan Betlehem, menurut Al Quds Today dan seorang aktivis Palestina.
Aktivis, Ihab Hassan, mengunggah rekaman serangan terhadap X, yang memperlihatkan sebuah kendaraan dilalap api.
Insiden terbaru ini terjadi saat kekerasan meningkat di Tepi Barat yang diduduki, khususnya di provinsi Qalqilya, tempat para pemukim menyerang dan membakar rumah dan properti Palestina.
Kabarnya, aksi ini meletus setelah orang-orang bersenjata Palestina menembak dan menewaskan tiga warga Israel di dekat pemukiman ilegal Kedumim.
Sementara itu PBB mengatakan kekerasan oleh pemukim Israel mencapai tingkat rekor pada tahun 2024.
Hampir empat insiden dilaporkan setiap hari.
Aktivis Pro-Palestina Hancurkan Patung Lilin Netanyahu di Meksiko
Dikutip dari Al Jazeera, rekaman insiden yang terjadi pada Selasa (7/1/2025) menunjukkan aktivis bertopeng itu menggunakan palu dan merusak patung lilin perdana menteri Israel di sebuah museum di Mexico City.
Patung itu telah disiram warna merah dan bendera Palestina tergeletak di kakinya.
Aktivis tersebut kemudian menjatuhkan patung tersebut dan mendeklarasikan: "Hidup Palestina".
Kedutaan Besar Israel di Meksiko mengutuk apa yang disebutnya sebagai "tindakan keji".
Mereka menyebut tindakan itu "mengirimkan pesan berbahaya berupa kekerasan, intoleransi, dan kebencian yang melampaui semua kritik yang sah".
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)