"Jika Hizbullah tidak mundur dari Sungai Litani, tidak ada perjanjian," kata Menteri Pertahanan, Israel Katz, dikutip dari CNN.
"Israel berusaha mempertahankan perjanjian di Lebanon dan akan terus menegakkan sepenuhnya dan tanpa kompromi untuk memastikan kembalinya warga di utara Israel rumah mereka dengan aman."
Di sisi lain, Hizbullah mengklaim kesabaran mereka bisa habis karena pelanggaran yang dilakukan Israel.
"Kesabaran kami mungkin habis dan ketika kami memutuskan bertindak, kalian akan segera melihatnya," ujar Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem dikutip dari Anadolu Agency.
"Kami berkata bahwa kami memberikan kesempatan untuk mencegah pelanggaran oleh Israel, menerapkan perjanjian itu, dan bersikap sabar. Ini tidak berarti bahwa kami akan sabar selama 60 hari, tidak juga berarti kami akan sabar selama kurang dari 60 hari atau lebih."
Setelah gencatan senjata disepakati, Israel sudah banyak melancarkan operasi di Lebanon selatan, sedangkan Hizbullah menyerang wilayah yang diduduki Israel setelah menyinggung pelanggaran oleh Israel.
Baca juga: Israel Buka Penjara Bawah Tanah untuk Pasukan Elite Hamas dan Hizbullah yang Paling Berbahaya
Sekitar sepekan lalu, UNIFIL (pasukan sementara PBB) mengaku melihat buldoser milik Israel menghancurkan tong biru yang menandai garis penarikan diri dan menara observasi miliki tentara Lebanon.
Senjata Hizbullah terancam jatuh ke tangan tentara Lebanon
Senjata, fasilitas militer, dan terowongan milik Hizbullah terancam jatuh ke tangan tentara Lebanon.
Hal itu berkaitan dengan perjanjian gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Utusan Khusus Amerika Serikat (AS), Amos Hochstein, mengatakan tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan.
"Pengerahan tentara Lebanon ke Lebanon selatan akan dilakukan dan Israel akan mundur ke Garis Biru ketika masa gencatan senjata berakhir tanggal 27 Januari," kata Hochstein saat rapat di Lebanon, dilansir Maariv yang mengutip Al Awsat, pekan lalu.
"Makna perjanjian ini ialah bahwa satu-satunya entitas yang memiliki senjata di Lebanon adalah negara dan akan melarang partai dan milisi di Lebanon memiliki senjata."
Hochstein menegaskan perjanjian itu akan berlaku di seluruh wilayah Lebanon tanpa terkecuali.
Dia menyebut ambiguitas dalam tafsir klausul perjanjian yang hanya terbatas di area selatan Sungai Litani itu tidak cocok dan bertentangan dengan apa yang tertulis dalam perjanjian.
Lalu, utusan AS itu menjelaskan, senjata, fasilitas militer, dan terowongan Hizbullah harus dimiliki oleh tentara Lebanon. Dia berujar aset-aset itu sebaiknya dihancurkan.
(*)