TRIBUNNEWS.COM - Dinas Keamanan Ukraina (SBU) melaporkan pada Selasa (11/3/2025) melam kemarin, dua remaja Ukraina yang direkrut oleh intelijen Rusia melakukan serangan teroris di kota barat Ivano-Frankivsk.
Dalam aksi tersebut, mereka meledakkan diri di dekat stasiun kereta api, yang tak jauh sebuah gedung bertingkat tinggi.
Akibat ledakan tersebut satu korban tewas dan tiga orang lainnya terluka.
Menurut laporan dari Dinas Keamanan Ukraina (SBU), agen intelijen Rusia merekrut dua remaja berusia 15 dan 17 tahun melalui saluran Telegram.
Mereka diiming-imingi uang sebagai imbalan.
Mereka dijanjikan hadiah untuk melakukan serangkaian serangan teroris di kota tersebut.
SBU mengungkapkan bahwa agen Rusia menyewa sebuah apartemen untuk para remaja itu di dekat stasiun kereta api.
Di sana, mereka diminta untuk merakit dua alat peledak yang disamarkan sebagai termos.
Kedua alat peledak tersebut dilengkapi dengan detonator yang dapat diaktifkan dari jarak jauh, Kyiv Independent melaporkan.
Ketika kedua remaja itu sedang dalam perjalanan untuk menanam bahan peledak, agen Rusia mengaktifkan perangkat yang ada di dalam tas mereka.
Ledakan itu menyebabkan remaja berusia 17 tahun tewas seketika, sementara remaja berusia 15 tahun mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit.
Baca juga: Lukashenko: Zelensky Diinjak di Mana-mana, Ujungnya Ukraina Kembali ke Rusia-Belarus
Pihak berwenang juga melaporkan bahwa dua orang yang sedang melintas, seorang pria berusia 20 tahun dan seorang wanita berusia 23 tahun, turut mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut.
Operasi Rahasia
Menurut Serhii Andrushchenko, Wakil Kepala SBU, taktik yang digunakan oleh Rusia dalam serangan ini adalah bagian dari operasi rahasia yang memungkinkan mereka melakukan serangan teroris sambil menghindari risiko bagi pelaku yang direkrut.
Para remaja ini, yang sedang mencari uang tambahan, dipaksa untuk terlibat dalam kegiatan kriminal melalui perekrutan daring.