TRIBUNNEWS.COM – Ikan dan udang-udangan ditemukan di lingkungan yang super dingin, super gelap, dan super miskin nutrisi, 740 meter di bawah lapisan es Antartika dan 850 meter di bawah permukaan air laut benua tersebut.
Temuan tersebut mengejutkan dan membuat ilmuwan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin ikan dan udang-udangan mampu hidup di lingkungan ekstrem tersebut? Apa makanan dan bagaimana cara adaptasi makhluk-makhluk tersebut?
Ikan dan udang-udangan itu ditemukan oleh tim ilmuwan Amerika Serikat yang sedang meneliti Whillan Ice Stream, gletser di Antartika yang mengalir dari West Antartic Ice Shelf ke Ros Ice Shelf.
Di wilayah tersebut, tim ilmuwan mengebor es dan mengirim robot penjelajah bernama Deep-SCINI. Ilmuwan memberi tugas pada kamera robot tersebut untuk merekam lingkungan laut dalam Antartika, sebuah wilayah yang tertutup oleh es setebal ratusan meter.
Misi penelitian sebenarnya adalah untuk mengungkap dampak perubahan iklim pada lapisan es di Antartika. Tapi di luar dugaan, lewat pengeboran itu, ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Dari kamera, ilmuwan menjumpai bayangan yang bergerak, sosok ikan yang matanya menonjol keluar. Pengamatan lebih seksama kemudian mengungkap bahwa ikan itu berwarna kebiruan dan berbadan transparan. Organ-organ dalamnya bisa dilihat dari luar.
"Itu sangat mengagumkan," kata Ross Powell, geolog lingkungan es dari Norther Illinois University, seperti dikutip Scientific American, Rabu (21/10/2014). Powell menuturkan betapa ilmuwan terkejut dan sangat gembira dengan penemuan itu.
Menurut Powell, kamera robot menjumpai sekitar 20-30 ikan pada 16 Januari 2015, saat pengeboran dilakukan. Hal itu menunjukkan bahwa memang ada komunitas makhluk hidup di bawah lapisan es tebal itu. Penemuan bukan sekadar kebetulan.
Brent Christner, ahli mikrobiologi dari Lousiana State University yang terlibat penelitian mengungkapkan, "Lingkungan di bawah lapisan es itu adalah tempat yang sangat keras untuk hidup."
Jaring-jaring makanan di tenmpat tersebut belum diketahui. Dengan minimnya cahaya, kehidupan di tempat itu, terutama mikroorganisme, akan sangat bergantung pada energi kimia.
Dengan minimnya sumber makanan, maka ikan dan udang-udangan di tempat tersebut kemungkinan ditutuntut untuk punya mobilitas tinggi sehingga bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh makanan.
Temuan ini memberi petunjuk bahwa kehidupan bisa ditemukan di mana pun, di tempat yang tidak pernah diduga manusia. Sekaligus, temuan memberi penguatan akan dugaan adanya kehidupan di luar angkasa, misalnya di bawah lautan Europa, bulan planet Jupiter.