TRIBUNNEWS.COM – Alam semesta semakin menua, semakin sekarat. Hal itu disampaikan para astronom pada pertemuan International Astronomical Union (IAU) di Hawaii pada Senin (10/8/2015).
Astronom menyampaikan, penuaan alam semesta berdasarkan hasil analisis data proyek Galaxy and Mass Assembly (GAMA), proyek penelitian energi pada 21 panjang gelombang di lebih dari 200.000 galaksi di alam semesta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi di alam semesta tinggal setengah dibandingkan dengan dua miliar tahun lalu. Hal ini menjadi petunjuk bahwa alam semesta tengah menua, dan sekarat.
"Alam semesta seperti sedang duduk santai di sofa, menarik selimut, dan tertidur untuk selama-lamanya," kata Simon Driver, peneliti dari University of Western Australia yang memimpin tim GAMA.
Astronom telah dua dekade mengetahui bahwa alam semesta semakin meredup. Namun, selama ini mereka tidak tahu pasti sebab musababnya.
Lewat proyek GAMA, astronom berusaha mencari penyebabnya dengan melihat output atau keluaran energi pada lebih dari 200.000 galaksi dari berbagai panjang gelombang.
Dari gambaran berkurangnya keluaran energi, ilmuwan mengetahui bahwa semakin sekaratnya alam semesta disebabkan oleh semakin sedikitnya "bahan bakar" yang dimiliki.
"Sekali Anda membakar semua bahan bakar di alam semesta, maka selesailah," kata Joe Liske dari University of Hamburg seperti dikutip NPR, Senin.
"Bintang akan mati seperti api akan mati, dan yang tertinggal kemudian adalah bara yang menyala, tetapi pada akhirnya akan mendingin dan mati," imbuh Liske.
John Beacom, fisikawan dari Ohio State University, mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini memberi gambaran utuh bahwa alam semesta memang berubah. "Ya, alam semesta akan berakhir," katanya.
Namun, walaupun sekarat, alam semesta takkan mati segera. Rumah besar manusia itu masih akan eksis selama beberapa miliar tahun, sebelum akhirnya benar-benar mati.