Laporan Wartawan Kompas.com Yunanto Wiji Utomo
TRIBUNNEWS.COM, AMERIKA SERIKATĀ - Ilmuwan mengklaim telah menemukan bukti adanya alam semesta lain. Bukti tersebut berupa kilau cahaya misterius.
Ranga-Ram Chary dari Pusat data Planck di Amerika Serikat mendedah data untuk memetakan radiasi sinar kosmos, jejak cahaya dari awal alam semesta.
Hasil pemetaan yang dipublikasikan dalam makalah berjudul Spectral Variations of the Sky: Constraints on Alternate Universes, mengungkap adanya fluktuasi yang merujuk pada kilau cahaya.
Ada 30 persen kemungkinan bahwa cahaya itu bukan sesuatu yang penting. Tapi, ada kemungkinan juga cahaya itu merupakan tanda adanya alam semesta lain.
"Itu kemungkinan menunjukkan adanya tumbukan antara semesta kita dengan lainnya yang rasio baryon-proton-nya lebih besar 65 kali dari alam semesta kita," ucap Chary.
Gagasan adanya banyak alam semesta tidaklah baru. Namun, walau banyak ilmuwan mulai meyakini keberadaannya, belum ada satu pun yang mampu membuktikannya.
Dalam gagasan multi-semesta, masing-masing semesta bak gelembung sabun. Satu semesta dengan lainnya bisa bersinggungan. Kilau cahaya yang ditemukan Chary bisa jadi merupakan materi dari semesta lain yang masuk ke semesta kita.
Ketika memetakan, Chary membersihkan datanya dari data bintang, planet, debu, dan obyek antariksa lainnya. Seharusnya, dia tak menemukan apapun selain anomali.
Tapi, kasusnya tak begitu. Chary menemukan kilauan cahaya di peta yang dibuatnya. Kilau itu tampak berasal dari awal alam semesta, ketika proton dan elektrom bergabung, membentuk cahaya yang mengemisikan hidrogen.
Jens Chluba, fisikawan dari University of Cambridge, seperti diberitakan IBTimes, Jumat (30/11/2015) mengatakan, mungkin bahwa kilau cahaya itu adalah bukti adanya alam semesta.
Kilau cahaya itu 4.500 kali lebih terang dari yang seharusnya. Menurut teori, ketika proton dan elektron dari alam semesta kita berinteraksi dengan semesta lain maka akan tampak lebih terang.
Namun, David Spergel dari Princeton University, mengatakan, kilau itu mungkin sama sekali bukan dari semesta lain. "Sifat debu angkasa mungkin lebih kompleks dari yang kita pikir. Saya kira itu menjelasan yang lebih mungkin."