TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) fokus melakukan riset sehingga mampu membawa Indonesia menjadi lebih maju ke depan di tengah era globalisasi.
Dalam Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2016 di Gedung BPPT yang resmi dibuka oleh Menko PMK hari ini, Senin (25/7/2016), Puan menyampaikan agar KTN fokus pada inovasi terapan, iptek yang efektif dan efisien serta terimplementasi.
"Masih banyak kendala yang ada dalam riset teknologi di Indonesia, tentu saja pemerintah berharap ini tidak menjadi satu kendala yang membuat riset-riset kita tidak bisa menghasilkan suatu hal yang baru," kata Puan usai memberi sambutan pembuka di Ruang Auditorium BPPT.
Sebelumnya, Puan menyampaikan alokasi anggaran untuk belanja riset di Indonesia masih sangat terbatas.
"Berdasarkan data LIPI, anggaran riset kita hanya sebesar 0,09 persen dari PDB nasional. Sementara Malaysia sudah mencapai 0,39 persen, Vietnam 1,1 persen, Singapura bahkan sudah dua persen," jelasnya.
Ia menuturkan berdasarkan rekomendasi UNESCO, anggaran belanja riset suatu negara idealnya tidak kurang dari dua persen PDB.
"Namun, kita tidak harus selalu mengeluhkan hal itu karena alokasi anggaran riset yang terbatas tersebut harus digunakan secara efektif dan efisien," ujarnya.
Karena keterbatasan tersebut, Puan berharap Menristek Dikti dan BPPT bisa terus fokus bersinergi dan berkoordinasi untuk mengkaji riset suatu inovasi tertentu. Mulai dari siapa yang bertugas, apa yang akan dihasilkan dan tentunya memiliki target.
"Apakah targetnya satu tahun, dua tahun, jangka pendek, menengah atau panjang. Jangan sampai dana yang sudah kecil ini terbagi merata ke semua tempat penelitian namun kemudian tidak ada hasilnya," ujarnya.