Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para astronom telah menemukan "bumi kedua" di sekitar Proxima Centauri, yang terletak hanya 4,2 cahaya dari sistem tata surya kita sendiri.
"Bumi lain" itu bahkan lebih menarik, anggota tim kajian mengatakan, bahwa planet ini, dikenal sebagai Proxima b, mengorbit di bintang "zona layak huni".
"Kami berharap Temuan ini menginspirasi generasi mendatang untuk mencari dan menemukannya di masa mendatang," ujar Guillem Anglada-Escude, fisikawan dan astronom di Queen Mary University of London, dalam sebuah pernyataan.
Para astronom telah berburu secara intensif untuk planet sekitar Proxima Centauri.
Mereka sudah lebih 15 tahun, menggunakan instrumen seperti Ultraviolet dan Visual Echelle Spectrograph (UVES) dan the High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS), yang dipasang pada teleskop yang dijalankan oleh European Southern Observatory di Chili.
UVES, HARPS dan instrumen lainnya memungkinkan para peneliti untuk mendeteksi getaran dalam gerakan bintang yang disebabkan oleh tarikan gravitasi saat planet mengorbit.
Para astronom menemukan petunjuk kembali pada tahun 2013. Tapi saat itu sinyalnya tidak meyakinkan, kata Anglada-Escude.
Jadi dia dan sejumlah peneliti lain meluncurkan kampanye untuk mengorek planet. Mereka menyebutnya sebagai upaya titik merah pucat ― karena ungkapan terkenal Deskripsi bumi sebagai "titik biru pucat".
Faktanya, bahwa Proxima Centauri kecil, meredupkan bintang yang dikenal sebagai red dwarf.
Tim titik merah pucat pada Proxima Centauri setiap malam dari tanggal 19 Januari 2016 hingga 31 Maret tahun ini fokus mengamatinya melalui HARPS.
Setelah mereka mengkombinasikan data baru ini dengan pengamatan UVES dari 2000 sampai 2008 dan pengamatan HARPS dari tahun 2005 sampai awal 2014, sinyal dari sebuah planet datang makin keras dan jelas.
Kemudian, setelah menganalisis pengamatan kecerahan bintang yang dibuat oleh beberapa teleskop lain, Anglada-Escude dan rekan-rekannya mengesampingkan kemungkinan bahwa sinyal ini bisa disebabkan oleh aktivitas variabel Proxima Centauri.
"Kesimpulannya, kami telah menemukan sebuah planet di sekitar Proxima Centauri," ujar Anglada-Escude, Selasa (23/8/2016) saat konferensi pers.