TRIBUNNEWS.COM - Apakah Bunda menyadari bahwa Si Kecil rentan mengalami gangguan pencernaan? Salah satunya adalah diare yang memang kerap menyerang Si Kecil. Terlebih untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, diare menjadi hal yang harus diwaspadai oleh orang tua.
Ketika Si Kecil mengalami diare, buang air besar sangat sering terjadi hingga 3 kali dalam sehari dengan konsisten tinja yang encer. Gangguan pencernaan ini umumnya berlangsung selama beberapa hari, sehingga menyebabkan anak kekurangan cairan yang dibutuhkan dan bisa berakibat fatal. Selain bisa dialami berulang kali, diare akan memperburuk malnutrisi pada Si Kecil.
Bahkan, menurut data Kementerian Kesehatan, diare telah menjadi salah satu penyebab kematian pada balita berusia 12-59 bulan. Per 2019, terdapat 314 kematian pada balita yang diakibatkan oleh diare
Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk senantiasa waspada. Kenali juga empat penyebab diare yang sering terjadi pada Si Kecil berikut ini:
1) Higienitas kurang
Salah satu hal yang paling sering jadi penyebab diare tetapi jarang disadari oleh orang tua adalah infeksi virus, bakteri ataupun parasit. Ini terjadi ketika higienitas atau kebersihan Si Kecil tidak terjaga dengan baik.
Jika anak tidak dibiasakan mencuci tangannya sebelum makan atau sering memasukkan tangan ke dalam mulut dengan sembarangan, kuman-kuman pun akan masuk ke tubuh, dan menyebabkan diare.
Selain kebersihan tangan, menjaga kebersihan seluruh tubuh pun sangat penting untuk menjaga kesehatan. Karena itu, Bunda perlu membiasakan Si Kecil untuk segera mandi setelah pergi keluar, memotong kuku secara berkala, serta menyikat gigi seusai makan.
2) Terlalu banyak jus buah
Jus buah memang bagus untuk pencernaan, tetapi terlalu banyak meminumnya juga bisa menyebabkan anak mengalami diare. Publikasi dari American Academy of Pediatrics menyebut bahwa mengonsumsi jus buah secara berlebih dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan gizi serta diare.
Hal ini dikarenakan jus buah atau minuman kemasan umumnya mengandung gula dan pemanis buatan seperti sukrosa, fruktosa, dan sorbitol yang sulit diserap dengan baik oleh usus. Akibatnya, saluran pencernaan anak akan terbebani sehingga terjadi diare.
Jika ingin memberikan jus buah kepada anak, Bunda dapat memilih yang terbuat dari 100 persen buah asli dan tanpa pemanis buatan. Untuk alternatif yang lebih sehat, ada baiknya jika Bunda membuatnya sendiri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan alami dan takaran gula secukupnya.
3) Keracunan makanan
Tidak hanya lewat tangan, kuman juga bisa masuk ke dalam tubuh anak lewat makanan yang terkontaminasi. Selain menjaga kebersihan dalam proses memasak, Bunda juga perlu memastikan bahwa makanan tersebut masih layak untuk dikonsumsi.
Mengutip Klikdokter, bakteri dapat tumbuh pada makanan jika didiamkan pada suhu ruang yang berada pada rentang 4-60 derajat celcius. Maka itu, jangan meninggalkan makanan pada suhu ruang lebih dari dua jam. Dianjurkan untuk memanaskan makanan hingga lebih dari 70 derajat celcius sebelum dikonsumsi.
4) Alergi makanan dan minuman
Diare kronik atau diare berulang pada anak juga dapat disebabkan oleh alergi terhadap beberapa jenis makanan atau minuman.
Dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter menjelaskan, alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali makanan sebagai suatu zat yang berbahaya bagi tubuh, sehingga timbul peradangan hingga gejala alergi.
Menurut dr. Karin, 1 di antara 20 anak mengalami alergi makanan. Berbagai studi menunjukkan bahwa rata-rata alergi makanan dialami oleh sekitar 10 persen anak yang berusia 0-1 tahun, sementara 4-8 persen dialami oleh anak umur 1-5 tahun.
Salah satu yang alergi makanan yang cukup sering dialami adalah alergi susu sapi. Mengutip situs resmi Kementerian Kesehatan, alergi ini merupakan penanda adanya risiko atopi yang muncul di awal kehidupan seorang anak. Selain pada kulit, gejala alergi pada Si Kecil juga dapat bermanifestasi pada saluran pernapasan dan saluran cerna.
Tentu saja kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut, karena anak akan kekurangan asupan nutrisi, yang akan berpengaruh pada pertumbuhannya.
Menurut situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, jika memang Si Kecil mengalami diare yang disebabkan alergi susu sapi, Bunda bisa beralih ke susu soya sebagai susu anak alergi dengan protein kedelai untuk membantu memenuhi nutrisi harian Si Kecil
Untuk mendapatkan manfaat yang optimal, pilihlah formula soya yang mengandung isolat protein kedelai, yaitu produk dengan kandungan protein paling tinggi yang dihasilkan dari proses isolasi protein dari bahan pangan tertentu.
Salah satu susu pertumbuhan yang memiliki isolat protein kedelai dengan nutrisi lengkap setara susu sapi adalah Morinaga Chil Kid Soya MoriCare+ Triple Bifidus.
Susu pertumbuhan soya pertama di Indonesia ini mengandung probiotik Triple Bifidus dan Serat FOS yang sudah teruji klinis untuk kesehatan saluran pencernaan anak serta melawan bakteri jahat yang bisa menyebabkan diare akibat alergi susu sapi.
Selain itu Morinaga Chil Kid Soya dapat juga digunakan untuk kasus diare lainnya karena mengandung bebas laktosa serta dilengkapi probiotik Triple Bifidus yang teruji klinis dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna.
Selain bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan anak, susu soya ini juga dilengkapi dengan Kolin, AL, AAL dan zat besi untuk mendukung perkembangan fungsi otak, sistem saraf dan penglihatan anak.
Nah, sekarang Bunda tidak perlu lagi khawatir dengan diare pada anak yang diakibatkan alergi susu sapi.
Cukup berikan susu pertumbuhan soya yang tepat bagi anak, yaitu Morinaga Chil Kid Soya MoriCare+ Triple Bifidus, yang siap menjadi tameng Si Kecil untuk menjalani hari-harinya dengan ceria serta mendukung tumbuh kembangnya makin optimal!
Penulis: Matheus Elmerio | Editor: Anniza Kemala