Pertanyaan Pembaca Tribunnews.com:
Dear dokter Anastasia,
Saya rekan sekelas anda sejak kelas I hingga kelas III di SMA Negeri 4 Yogyakarta, dan sama-sama terlahirkan dan dibesarkan di Irian Jaya (Papua). Hehe.. Semoga Ibu masih mengingat saya.
Setelah sekian lama bertugas di beberapa kota di pulau yang berbeda, kini saya kembali bertugas di Yogyakarta.
Begini, Bu.. mengapa aroma mulut saya berbau tidak enak, ya .. padahal gigi saya tidak ada yang berlubang. Rajin bersihkan karang juga. Wah, terus terang saya merasa terganggu karenanya. Selama ini belum sempat kontrol khusus keluhan ini.
Begitu saja, Bu.. nuwun sewu sudah merepotkan. Maturnuwun, Ibu.. salam untuk keluarga Ibu di Jakarta. (Indartanta P.D., Yogyakarta)
Jawaban:
Owh, hai…. Mas Indar… apa khabar..?
Sudah sangat lama kita tidak bertemu, yea.. Sejak tahun 1989 ketika kita sama-sama menamatkan studi SMA kita. Tiada terasa waktu telah sedemikian cepat melaju melebihi apa yang sama kita hidupi dan pikirkan… seolah baru kemarin bersama para rekan seangkatan kita berpanas-panasan di bawah terik Mentari sang kota kenangan berlatih gerak jalan team peleton inti sekolah kita.
Lalu lulus bersama, berpencar mengejar impian masing-masing... kehilangan kontak… dan kini.. telah berselang hampir 24 tahun setelahnya, ternyata.
Dear Mas Indar,
Aroma mulut tidak segar umumnya terdeteksi saat kita sedang menghembuskan napas. Biasa disebut dengan istilah halitosis. Sangat dipengaruhi secara langsung oleh jenis makanan yang baru dikonsumsi beberapa waktu sebelumnya, kondisi mulut yang kering semisal saat sedang berpuasa, pengaruh kebiasaan buruk menghisap asap beracun, termasuk kondisi menurunnya derajat kesehatan raga kita.
Kondisi terdeteksinya halitosis merupakan petunjuk berarti terkait kemungkinan telah terjadinya kerusakan pada material gigi maupun jaringan pendukung sang gigi dalam rongga mulut kita, Mas..
Pada 85-90% kasus yang dikeluhkan beretiologis dari kondisi rongga mulut kita sendiri. Dan sifatnya bisa sementara saja. Segera melenyap setelah proses pembersihan rongga mulut diupayakan sesuai prosedur.
Pada sebagian kecil (25%) kasus merupakan ragam kondisi kronis yang cukup serius.