News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Dokter MSF asal Indonesia

Berpuasa di Pedalaman Afrika, dr Husni Kuatkan Hati Demi Kemanusiaan

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Husni Mubarak Zainal saat bertugas sebagai relawan Médecins Sans Frontières (MSF) International.

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri

TRIBUNNEWS.COM - Dr Husni Mubarak Zainal, yang merupakan relawan Médecins Sans Frontières (MSF), berusaha mengabdikan diri dengan mengikuti sumpah dokter yang dipegang teguh. Maka pada 2011, ia resmi direkrut MSF melalui wilayah Asia Tenggara yang berkantor di Hongkong.

Perekrutannya pun tak mudah yang mesti melalui beberapa tahap seleksi, baik secara administrasi dan phone interviuw. Meskipun dibentuk di Perancis, MSF bukan organisasi Perancis. MSF adalah organisasi kemanusiaan medis internasional yang independen. Organisasi ini dikenal di hampir seluruh dunia dengan nama berbahasa Perancis atau sekadar singkatan MSF.

Setiap tahunnya, sekitar 3 ribu dokter, perawat, bidan dan tenaga logistik direkrut untuk menjalankan berbagai proyek. Organisasi ini aktif memberikan pelayanan pemeliharaan kesehatan dan latihan medis untuk penduduk di lebih dari 70 negara.

Pria yang hobi motret ini pun direkrut MSF pada 2011 dan ditempatkan di Republik Malawi. Republik Malawi adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Sebagai dokter umum satu satunya asal Indonesia, ia bahkan tak pernah mendengar nama negara itu. Menjadi relawan di Malawi membuatnya harus menghadapi pasien yang mayoritas pengidap HIV AIDS. Menjadi anak Indonesia sendiri, belajar berbahasa lokal dan mengonsumsi tepung jagung menyerupai bubur memberinya pengalaman berharga.

Selama sepuluh bulan ia menjadi relawan di Malawi. Menjadi dokter satu satunya dan menghadapi pasien sampai empat ribu orang dalam kurun waktu sebulan. Belum lagi sarana dan fasilitas yang minim disana. Gudang yang dialihfungsikan menjadi bangsal perawatan, obat-obatan yang minim dan ia pun mesti memanfaatkan persediaan yang ada agar lebih maksimal.

Meskipun serba terbatas, sepuluh bulan berbakti di negara miskin Malawi membuat Husni lumayan betah. Ia tinggal di desa Thekerani yang lumayan jauh dari Ibukota Malawi. Bahkan saat bulan Ramadan, ia tetap menjalankan puasa sebagai muslim yang taat. Ibadahnya didukung oleh sikap toleransi yang tinggi oleh penduduk setempat dan tim MSF. Puasa dan sahur bahkan berlebaran di pedalaman Afrika tentu membuatnya sedih. Namun sekali lagi, dasarnya adalah kemanusiaan. Ia pun menguatkan hati.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini