TRIBUNNEWS.COM - Para bunda kerap bingung saat si kecil mengalami alergi. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana menganani reaksi alergi pada tubuh?
Pemberian obat-obatan pencegah alergi, apalagi secara terus-menerus tentu bukan jalan terbaik. Ingat, obat-obatan simtomatis hanya mengurangi gejala untuk sementara waktu dan bukan menyembuhkan.
Organ yang menjadi sasaran alergi tak bisa dipastikan berdasarkan pencetusnya. Contoh, alergi terhadap susu bisa saja termanifestasi menjadi batuk-pilek disertai banyak lendir yang tak kunjung sembuh ataupun asma bila paru-paru yang menjadi organ sasarannya.
Sementara alergi yang sama terhadap susu, pada bayi lain bisa saja terlihat sebagai ruam merah di pipi atau seluruh badan bila memang kulit yang menjadi sasaran alerginya. Sedangkan bila organ sasarannya adalah saluran pencernaan, maka manifestasinya berupa diare, muntah, atau intolerans terhadap laktosa.
Yang juga harus menjadi perhatian orangtua, gangguan ringan yang terjadi semasa bayi ini tak ada salahnya bila dijadikan prediksi terhadap munculnya gangguan alergi di kemudian hari.
Napas grok-grok pada usia bayi akibat sekresi berlebihan pada bronkus, contohnya. Orangtua diharapkan mengambil langkah antisipasi. Gangguan pada saluran napas akibat alergi membuat anak gampang batuk-pilek dengan gejala yang lebih berat dan tak kunjung sembuh. Contoh lain, bayi rewel karena kolik, kemungkinan mengalami gangguan saluran cerna, seperti sering sakit perut, sulit BAB, atau berat badan sulit naik.
Penanganan alergi bersifat individual karena apa penyebabnya dan seperti apa manifestasinya tidak bisa disamaratakan pada setiap individu. Penanganan ideal terhadap alergi tentu saja dengan menghindari penyebab atau pencetus alergi.
Harus diakui kalau mencari penyebab pasti memang agak merepotkan, sehingga cara yang dianggap paling murah dan sederhana untuk memastikan penyebab alergi adalah dengan rajin mencatat apa yang menjadi penyebab alergi terbut.