Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurfahmi Budi
TRIBUNNEWS.COM - Menangis! Itulah hal pertama yang 'dilakukan' Ayu Pusparini ketika mendapat telepon dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT).
Bukan menangis sedih, tapi menangis haru.
Bukan pula karena mendapatkan rapor buruk atas kinerjanya, justru karena kaget mendapat kabar akan mendapat predikat sebagai satu di antara enam bidan terbaik Indonesia tahun 2013.
"Sungguh Mas, aku kaget dan tak menyangka bisa mendapatkan itu. Karena awalnya mereka telepon untuk membahas masalah kerja. Tapi setelah beberapa menit ngobrol, mereka memberitahukan kalau aku menjadi satu di antara bidan terbaik nasional. Aku langsung menangis," ucap Ayu, dalam nada 'hebring' (bahagia).
Ia menuturkan, apa yang didapat sekarang menjadi buah manis atas beberapa pengorbanan hidupnya. Satu contoh adalah saat ia harus meninggalkan Denpasar, Bali hanya untuk mengabdikan diri menjadi seorang bidan desa, di Desa Jambu, Kecamatan Pajo, Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Awalnya, ia tak yakin bisa memberi yang terbaik. Namun, karena diiringi niatan untuk membangun kesehatan di daerah asal, keriuhan Bali justru dikorbankan. Baginya, itu sebuah pilihan tidak mudah. Maklum, Bali adalah surga bagi siapapun untuk mencari materi dan menikmati hidup.
"Namun sepertinya panggilan jiwa untuk ke Dompu lebih kuat. Saya lalu berpikir untuk menanggalkan kesenangan di Bali. Kalau menuruti pikiran mudaku, jelas ini salah. Tapi, rasa pengabdian mengalahkan segalanya," tutur Ayu.
Panggilan hati itu pula yang menjadi magnet bagi Maria Marta Sori untuk memerhatikan kondisi kesehatan di daerah Indonesia Timur. Ia rela ditempatkan di daerah yang sudah ditolak beberapa rekannya, yaki Desa Liwo, Mananga, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kalo ingin memilih, setiap orang pasti ingin bertugas di daerah perkotaan. Tapi kalau semua berpikir ke arah itu, siapa yang akan memerhatikan daerah tertinggal yang sepi dan susah akses," sebutnya.
Menurut Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Kesehatan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Hanibal Hamidi, pengorbanan dua bidan tersebut layak menjadi sorotan sekaligus contoh nyata bagi orang lain saat mengabdi.
"Mereka tahu semua konsekuensi, tapi justru dengan risiko itulah, menjadi cambuk. Kami sangat berterima kasih dan mereka memang pantas mendapat apresiasi tinggi," tegas Hanibal.
Bidan-bidan Terbaik Nasional 2013
1.Oktavina Lindinau (Desa Lenang, Puskesmas Lahar, Sumba Tengah)
2 Eni Nuryani (Poskesdes Popalia, Puskesmas Popalia, Wakatobi)
3 Vitria Elda (Poskesri Calau, Puskesmas Sumpur Kudus, Sijunjung)
4 Maria Marta Sori (Desa Liwo, Mananga, Flores Timur)
5 Ayu Pusparini (Desa Jambu, Kec Pajo, Dompu, NTB
6 Cahayani Bawaulu (Desa Lasondre, Kec Pulau Pulau Batu, Nias Selatan)