TRIBUNNEWS.COM, BARRU, SULSEL - Isu betapa bahayanya makanan yang terpapar pestisida dan bahan kimia jenis lain membuat berbagai pangan organik makin diburu oleh konsumen yang sadar menjaga kesehatan.
Nah, salah satu pangan organik yang saat ini cukup banyak diminati adalah ikan bandeng organik. Namanya saja organik, tentu ikan bandeng jenis ini diternak secara alami tanpa bahan pakan kimia sama sekali.
"Tak hanya sehat, daging ikan bandeng organik rasanya lebih lezat, lebih gurih, empuk dan rendah lemak. Kalau dijual juga cepat laku," kata Haji Haruna, salah seorang petambak bandeng organik yang sukses, ketika ditemui Tribunnews.com di lahan tambaknya di Dusun Kabirisi, Desa Bontomania, Kecamatan Labakkang, Pangkep, Sulawesi Selatan, Rabu (5/2/2014).
Cita rasa daging bandeng organik yang lezat membuat Haji Haruna makin ramai mendapat pesanan. Haruna yang memimpin Kelompok Budidaya dengan nama Elopuang itu tak pelit berbagi tips atau rahasia beternak ikan bandeng organik.
"Yang pasti tidak pakai pakan konsentrat. Semuanya dari pakan alami," tutur Haruna. Ia beternak bandeng di atas tambak seluas 2,15 hektar. Sekali panen ia meraup omzet Rp 25 juta, dengan laba bersih sekitar Rp 15 juta.
Karena ikan dari ternaknya bebas kimia, harganya lebih mahal. Seekor bandeng dia hargai Rp 7.000 di pasaran, termasuk kepada pembeli yang datang langsung. Jelas lebih mahal dibanding bandeng dengan pakan konsentrat yang seharga Rp 5.000 per ekor.
Harga per ekornya saja selisih Rp 2.000, bisa Anda bayangkan kalau petambak ini menjual ribuan ekor tiap panennya. Karena itu, Haruna rada heran, mengapa petambak tidak buru-buru beternak secara organik?
Apalagi beternak ikan secara kimia pengeluarannya untuk membeli pakan lebih mahal.
Lantas bagaimana cara dia beternak ikan bandeng secara organik? Berikut ini kiat-kiat yang dibagikan oleh ayah lima anak yang tampak gesit berjalan di usia senja itu.
Tips Beternak Ikan Bandeng Secara Organik
- Dedaunan hijau bersama jerami dan batang pisang plus kotoran binatang (Sapi, kerbau, kotoran ayam) difermentasi selama seminggu untuk dijadikan pupuk kompos.
- Pupuk kompos akan terbentuk setelah seminggu difermentasi.
- Pupuk kompos dilepas (ditebar) ke permukaan tambak bandeng atau tambak udang (empang). Biarkan, setidaknya selama seminggu.
- Setelah seminggu atau lebih berlalu, terbentuk cacing-cacing, mikroba atau organisme di permukaan air tambak. Cacing-cacing tersebut muncul karena tebaran pupuk kompos yang tentu saja berbahan organik. Mikroba atau cacing inilah yang akan jadi pakan alami bandeng atau udang.
- Saat permukaan tambak sudah terbentuk mikroba, maka ribuan bibit bandeng atau udang bisa ditebar. Lazimnya bibit bandeng atau udang sudah berusia setidaknya seminggu sebelum ditebar.
- Ribuan bibit bandeng tersebut kemudian akan memangsa cacing-cacing yang muncul dari pupuk kompos yang ditebar di permukaan tambak. Inilah bahan pakan alami yang mereka santap sampai siap dipanen pada kurun waktu tiga bulan setelah ditebar.
Tahan Penyakit, Tidak Mudah Mati
Haji Haruna bertutur, tidak perlu pakan tambahan untuk ikan bandengnya hingga panen digelar. Ribuan bandeng benar-benar tumbuh besar dari pakan organik. Hal senada dituturkan Hasanuddin, ST, seorang petugas penyuluh perikanan dari Badan Ketahanan Pangan, Kabupaten Barru, Sulsel.
"Tingkat kematian bandeng organik jauh lebih kecil dibanding yang diternak dengan pakan kimia," kata Hasanuddin kepada Tribunnews.com.
Perikanan sistem organik memang amat layak diterapkan di kawasan ini. Faktor kerusakan ekologi akibat budidaya ikan secara kimia sejak tahun 1980 membuat kawasan ini jadi tidak ramah lingkungan.
Alkisah, menurut Boedi Sardjana Julianto, dari Oxfam (organisasi kemanusiaan dan bantuan asal Inggris), kawasan ini dulunya asri hijau dengan hutan mangrove-nya yang rindang. Tapi sejak tahun 1980, terjadi pembabatan hutan mangrove yang disulap jadi tambak-tambak udang dan bandeng.
Sayangnya, sistem perikanan yang menerapkan bahan-bahan kimia berdampak pada kerusakan lingkungan. Ikan cepat penyakitan. Gagal panen dialami banyak petambak. Sejak itu, tambak-tambak dibiarkan terlantar. Petambak kembali jadi nelayan, tapi tetap miskin.
Tidak hanya kawasan pesisir di Kabupaten Barru saja yang mengalami kerusakan ekologi di Sulawesi Selatan, tapi juga di tiga kabupaten tetangganya. Yakni Maros, Pangkep dan Takalar.
Untuk merestorasi kawasan itu, Oxfam menggelar program 'Restoring Coastal Livelihood' (Restorasi Penghidupan Masyarakat Pesisir). Salah satunya membimbing para petambak untuk menerapkan perikanan yang ramah lingkungan. Pilihannya tentu perikanan organik.
"Jadi misinya memulihkan ekologi sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir," kata Boedi Sardjana yang juga Project Manager Restoring Coastal Livelihood (RCL) di kawasan itu.
Hasilnya sudah terlihat. Haji Haruna sukses bertambak udang dan bandeng secara organik. "Dari usaha ini pula saya bisa naik haji," tutur Haji Haruna. Ayo, siapa menyusul jadi petambak organik?
Agung BS