TRIBUNNEWS, JAKARTA - Bidan menjadi salah satu ujung tombak dalam pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana (KB).
Bidan berperan dalam mengedukasi para ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang efektif dan efisien meski nantinya keputusan di tangan para ibu.
"Tanpa bidan mungkin penggunaan alat kontrasepsi pencegah kehamilan tak akan sampai ke akseptor Keluarga Berencana (KB), terutama di pelosok," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Dr. Emi Nurjasmi, M. Kes di Jakarta, Senin (14/7/2014).
Emi menyebut pihaknya mendorong penggunaaan metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD, implan, metode operasi pria atau vasektomi, dan metode operasi wanita atau tubektomi.
"Sampai saat ini jumlah pemakainya masih sekitar 10,6 persen. Capaian itu lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu saat bidan tidak turut berperan serta," katanya.
Ia berharap bidan lebih mengampanyekan dan menyosialisasikan MKJP seperti implan sehingga tidak ada lagi wanita yang enggan memasang alat kontrasepsi dengan alasan malu.
"Karena ada implan yang hanya dipasang di lapisan kulit lengan tangan tanpa menyentuh rahim," katanya.
Metode ini juga efektif mencegah kehamilan selama kurang lebih 3 sampai dengan 5 tahun. Ya jelas lebih efektif dibanding implan yang 2 atau 3 batang.
Kelebihan implan di antaranya tidak mengurangi produksi ASI, praktis dan efektif untuk masa tiga tahun. Pemasangan dan pencabutannya pun mudah dan cepat.
Bisa digunakan oleh akseptor yang mengalami ketidakcocokan dengan hormon estrogen, membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan, serta kesuburan akan pulih setelah pencabutan implan.