News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gaya Hidup Sehat

Cerita Tentang Makanan-makanan Pembangkit Mood Ternyata Omong Kosong!

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita menyantap kue cokelat. Cokelat selama ini dipercaya sebagai salah satu jenis makanan pembangkit mood.

TRIBUNNEWS.COM - Pernah mendengar comfort food? Istilah ini ditujukan untuk makanan-makanan yang diyakini dapat memperbaiki suasana hati kala bad mood menyerang. Sebut saja coklat, kue, atau makanan manis lainnya. Biasanya, setiap orang memiliki pilihan comfort food masing-masing. Jadi comfort food tidak harus melulu yang manis.

Namun benarkah makanan dapat memperbaiki mood seseorang?  Istilah comfort food rupanya mendapat pertentangan dari sebuah studi yang dipublikasikan di Health Psychology.

Studi oleh University of Minnesota, Amerika, itu menyebut comfort food hanyalah mitos belaka. Menurut studinya, makanan sama sekali tidak memiliki efek psikologi yang berkaitan untuk memperbaiki suasana hati Anda. "Mood negatif secara alami berlalu seiring berjalannya waktu. Orang sepertinya terbiasa menyebut makanan yang mereka makan sebagai comfort food karena mood mereka membaik.

Padahal itu bukan comfort food," kata Traci Mann, salah seorang psikolog yang melakukan studi ini, dikutip Tribun dari MedicalDaily.com. Ini mengindikasikan bahwa makanan bukanlah "solusi" untuk segala permasalahan yang kita alami.
 

Kesimpulan tersebut terungkap setelah Traci dan koleganya membandingkan suasana hati 100 mahasiswa dan mahasiswi, baik setelah mengonsumsi comfort food pilihan mereka maupun tidak. Para partisipan dibagi menjadi beberapa grup lalu diminta mengikuti dua sesi tes yang jadwalnya berselang satu minggu.

Dalam tes tersebut, mereka menonton sebuah video berdurasi 18 menit untuk menggugah perasaan marah, takut, cemas, dan sedih.  Sesi berikutnya, para partisipan harus mengisi kusioner untuk mengidentifikasi mood mereka. Setelahnya, mereka diminta mengonsumsi comfort food pilihan sendiri. Coklat, es krim dan cookies mendominasi pilihan mereka.

Pada sesi lainnya, partisipan yang sama mengonsumsi makanan non comfort food yang disukai (eksperimen 1) dan makanan netral (eksperimen 2), atau sekedar duduk tanpa beraktivitas (eksperimen 3).

Sebagai penutup, mereka harus melengkapi lagi kuIsioner tentang suasana hatinya. "Hasilnya mengungkap, suasana hati partisipan kian membaik terlepas dari segala jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Bisa dipastikan, comfort food tidak memengaruhi suasana hati seseorang," jelas Traci.
 

Ia menambahkan, perasaan tentang comfort food kemungkin terbentuk oleh makanan yang dikonsumsi semasa kanak-kanak. Nostalgia akan rumah dan berkumpul bersama keluarga tercinta di perayaan besar pun muncul.  Kendati diyakini tidak memperbaiki mood, bukan berarti seseorang tidak usah mengonsumsi comfort food. Boleh saja, asal jangan berlebihan.   (Daniel Ngantung)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini