TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bengkak pada tubuh Jeremiah Alric Dimitri (3), putra bungsu Wulan Guritno (34) hasil diagnosa dokter karena mengalami sindrom nefrotik. Ginjalnya tidak berfungsi dengan baik. Protein yang dibutuhkan oleh tubuh justru dibuang oleh ginjal Jeremiah.
“Kalau orang normal kadar proteinnya 3,5-5 g/dl, anak saya sudah di bawah 0,7 g/dl. Waktu dibawa ke rumah sakit, kondisi Jeremiah ternyata sedang sangat kritis. Kami semua enggak tahu, karena anaknya pun masih lari-larian, makan seperti biasa,” tutur Wulan.
Kata dokter, sindrom nefrotik memang tidak membuat si pasien merasakan sakit. Hanya tubuh memang terasa tidak nyaman lantaran bengkak dari kebocoran air itu. Sekitar 1 minggu, Jeremiah pun dirawat di rumah sakit. Tubuhnya harus diisi albumin (protein). Namun, kata dokter, “Saya cukup beruntung karena kondisi Jeremiah masih sangat bagus, maksudnya air dalam tubuhnya tidak sampai masuk ke jantung. Kalau itu sampai terjadi, bakal terjadi komplikasi.”
Setelah albuminnya mencapai angka 3,5 g/dl, Jeremiah pun diperbolehkan pulang. Dengan albumin yang normal, berarti pembuluh darahnya sudah terlapisi lagi dengan protein dan tidak bocor lagi. “Begitu sudah stabil, baru dia menjalanitreatment steroid.”
wulan
Perjuangan Wulan demi kesembuhan buah hatinya tak berhenti begitu saja. Ia juga membawa Jeremiah untuk check up ke National University Hospital di Singapura. Mengaku tetap percaya dengan kompetensi tenaga medis di Indonesia, “Semua dokter bagi saya sama saja. Saya hanya ingin cari pendapat lain. Di Jakarta saya juga mencari second opinion . Jadi, ke Singapura itu untuk mencari third opinion. ”
Ketiga dokter memberi diagnosa yang sama soal sindrom nefrotik yang terjadi di tubuh Jeremiah. “Itu bukan penyakit, virus, bakteri atau genetik. Jadi memang bawaan dari lahir ginjalnya sudah tidak sempurna. Untung ketahuan pas umur dia sekarang, kata dokter kalau ‘meletus’ saat usianya lebih muda atau lebih tua akan berbahaya.”
Pengobatan Jeremiah pun terus berlanjut di bulan November dan Desember 2014. Sejauh ini, Wulan mengaku ada 2 hal yang membuatnya tak kuasa menahan sedih saat menemani Jeremiah berobat. Pertama, saat Jeremiah harus ambil darah hingga 6 botol sekaligus. “Saking banyak darah yang diambil, tangan Jeremiah sampai harus diurut supaya darahnya keluar. Saya harus menenangkan dia, yang dari nangis, sampai enggak nangis, lalu nangis lagi,” kata Wulan getir.
Kali kedua, perasaan Wulan sebagai ibu terenyuh ketika terpaksa membatasi konsumsi minum Jeremiah pada 2 minggu pertama saat diketahui mengalami sindrom nefrotik. Dalam sehari Jeremiah yang doyan minum susu ini hanya boleh mengonsumsi air sebanyak 500 ml. Itu pun masih harus dibagi dari makanan, susu, dan air minum.
“Dia sering minta, ‘Minyum, minyum (minum)’. Ditambah waktu itu dia harus minum obat yang pahitnya minta ampun. Sedangkan dia minumnya harus seteguk-seteguk saja. Susunya pun dijatah sehari hanya 300 cc. Saya sedih banget melihatnya.”
Berusaha tegar, kepedihan hati Wulan melihat kondisi Jeremiah harus ia tahan. “Tapi, tengah malam baru saya nangis sendiri. Selesai salat, saya nangis, kenapa, salah saya apa sampai anak saya seperti ini? Ya, wajarlah ibu-ibu suka merasa begitu kalau pas anak lagi sakit meski saya tidak pernah menunjukkan itu di muka umum.”
(Sri Isnaeni/Tabloidnova.com)