News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kurang Konsumsi Air Minum Pengaruhi Konsentrasi Kerja

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi minum air putih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 70 persen pekerja di Indonesia bekerja di industri kecil menengah atau sektor
informal belum memiliki pengetahuan mengenai fungsi dan kebutuhan air pekerja.

Padahal, kurangnya cairan dalam tubuh bisa menyebabkan penurunan daya konsentrasi, kemampuan berpikir, dan
kewaspadaan seseorang.

"Kurangnya air berpotensi memberikan pengaruh negatif bagi kualitas kinerja dan produktivitas, bahkan keselamatan
seorang pekerja," kata dr Maya Setyawati, MKK, SpOk di sela peluncuran buku Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja
agar Tetap Sehat dan Produktif di Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Maya mengingatkan agar setiap pekerja sebaiknya membiasakan diri untuk mengonsumsi air minum secara teratur dalam
jumlah kecil sebelum merasa haus untuk dapat mempertahankan tingkat hidrasi yang baik selama bekerja.

"Bagi yang beraktivitas dengan tingkat sedang pada iklim kerja cukup panas, baiknya pekerja minum satu gelas air
(150 - 200 mL) setiap 15-20 menit," katanya.

Jika lingkungan kerja yang panas atau jenis pekerjaan berat membutuhkan air minum 2,8 liter/hari dan jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum minimal 1,9 liter/hari.

"Pastikan juga para pekerja untuk memilih air minum yang baik, yaitu air yang dingin (dalam suhu 10-15ºC) dan memenuhi syarat kesehatan," katanya.

Lebih dianjurkan bagi pekerja untuk minum air putih, bukan cairan yang mengandung soda, kafein, kadar gula yang tinggi atau alkohol, karena minuman-minuman ini justru akan mempermudah pekerja mengalami dehidrasi.

Iklim tropis di Indonesia menyebabkan risiko gangguan kesehatan pada pekerja menjadi lebih tinggi jika dibandingkan pekerja di negara beriklim dingin. Risiko yang paling sering terjadi adalah gangguan kesehatan akibat tekanan panas (heat stress).

Tak hanya pekerja yang terekspos panas, risiko gangguan kesehatan juga berlaku bagi mereka yang bekerja tanpa melakukan aktivitas fisik berat atau di lingkungan panas, seperti pekerja kantoran yang seharian bekerja di lingkungan ber-AC.

Ketua Umum Perdoki, dr Nusye E. Zamsiar, MS, SpOk, yang menjadi salah satu narasumber dalam talkshow ini mengatakan buku Pedoman Kebutuhan Cairan bagi Pekerja agar Tetap Sehat dan Produktif dihadirkan karena sejalan dengan sebuah gerakan yang diprakarsai oleh Perdoki, yaitu ‘Hidup Sehat, Kerja Produktif, Bebas dari Penyakit Akibat Kerja’.

"Peluncuran buku ini sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan Perdoki untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pekerja," katanya.

Buku ini nantinya bisa menjadi sumber informasi bagi praktisi kesehatan dan non-kesehatan dalam memenuhi kebutuhan para pekerja. (Eko Sutriyanto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini