TRIBUNNEWS.COM -Tahukah Anda, ternyata dari tahun ke tahun angka kejadian penyakit alergi semakin meningkat.
Seperti yang diungkapkan Ketua Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi Ikadat Dokter Anak Indonesia (UKK-AI IDAI), Prof DR Dr Nudi Setiabudiawan, SpA (K), Mkes, “Penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, alergi makanan, dan dermatitis atopi diderita oleh 30-40 persen dari total populasi di seluruh dunia.”
Badan kesehatan dunia WHO memprediksi, prevalensi asma akan mencapai 400 juta orang pada tahun 2015 dan sekitar 50 persennya diperkirakan alergi makanan.
Sementara International Study of Asthma and Allergies in Childhood menyatakan, prevalensi alergi anak kian meningkat, termasuk di negara Asia Pasifik, seperti Indonesia. Lebih lanjut, World Allergy Organization (WAO) memperkirakan, 1,9-4,9 persen anak-anak di dunia menderita alergi protein susu sapi (cow's milk allergy /CMA).
Penyakit yang timbul akibat alergi, sebenarnya dapat ditangani secara medis. Namun kerap tidak dikenali sebagai gejala alergi secara kasat mata, sehingga keluhan penyakit tetap ada dan mengganggu.
Berkaitan dengan World Allergy Week yang merupakan program tahunan inisiasi WAO, UKK-AI IDAI bekerja sama dengan Morinaga menggagas kampanye “Semua dari Ingin Tahu” pada 17-25 April, sebagai upaya meningkatkan pemahaman alergi sejak dini, agar penyakit alergitidak menghambat tumbuh kembang dan potensi si kecil.
Dalam kampanye “Semua dari Ingin Tahu” ini terdapat tiga langkah mengenali gejala alergi sejak dini , yakni:
1. TAHU
Berdasarkan data dari Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014, 1 dari 13 anak menderita alergi susu sapi . Sayangnya, kendati alergi terhadap susu sapi umum ditemui, alergi ini tidak dapat dideteksi secara kasat mata.
Maka, langkah pertama untuk mencegah dan mengatasi alergi anak adalah dengan terlebih dulu mengenali gejala alergi si kecil. Ada banyak sekali hal umum seputar alergi yang masih menjadi pertanyaan orangtua. Di antaranya: Bisakah orangtua mencegah anak mewarisi bakat alergi? Berapa besar risiko alergi anak jika kedua orangtuanya menderita alergi yang sama, misalnya asma?
2. CEGAH & ATASI
Pada dasarnya, alergi dapat diatasi dan orangtua juga dapat mencegah anak mewarisi bakat alergi dari orangtuanya. Oleh karenanya, edukasi dan pemahaman mengenai pencegahan alergi dan solusinya sangat berperan penting.
Seperti yang dipaparkan Ketua Divisi Alergi Imunologi Departeman Ilmu Kesehatan Anak FK-UI-RSCM, DR Dr Zakiudin Munasir, SpA (K), “Secara umum cegah alergi sebagai langkah kedua terdiri dari enam kunci utama. Pertama, melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Kedua, hindari paparan rokok selama hamil dan setelah bayi lahir.”
Ketiga, selama hamil dan menyusui ibu tak perlu menghindari makanan yang sering menimbulkan alergi (telur, kacang-kacangan, ikan dan makanan laut, susu sapi). Keempat, pengenalan makanan padat pada bayi dimulai pada usia 6 bulan.
Kelima, tak ada penundaan pemberian telur, kacang, ikan dan makanan laut, serta jenis makanan lain pada bayi usia 6 bulan. Keenam, pemberian susu formula Protein ter-Hidrolisat parsial (P-HP) dan Protein ter-Hidrolisat Penuh untuk bayi-bayi yang tidak bisa mendapatkan ASI.
Sedangkan untuk atasi alergi pada bayi dan anak terhadap protein susu sapi, lanjut Zakiuidn, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari protein susu sapi yang utuh dengan memberikan susu formula hidrolisat penuh, formula asam amino, atau formula isolat protein kedelai (soya).
3. SEBAR
Sebagai langkah terakhir dan menjadi salah satu langkah terpenting adalah menyebarluaskan informasi yang tepat. Khususnya mengenai alergi pada si kecil agar sedini mungkin dapat dilakukan pencegahan dan penanganan yang tepat.
Intan Y. Septiani