Ia semakin bersemangat manakala mengetahui banyak orang yang peduli dengan HIV/AIDS.
Salah satu momen yang menyemangati Ratna adalah perayaan Hari Ibu beberapa saat silam. Dalam perayaan yang dihadiri pejabat kota Sorong itu, Ratna bercerita bahwa dirinya HIV positif.
"Setelah saya cerita, ada dokter berkata, 'siapa yang mau peluk Ibu Ratna'. Ternyata banyak yang memeluk saya. Ternyata tidak semua orang mendiskriminasi. Banyak yang peduli," ungkap Ratna.
Coming Out
Ingin memotivasi ODHA lain, menggugah kesadaran tentang HIV/AIDS, serta menghapus stigma, Ratna merasa perlu mengungkapkan jati dirinya sebagai seorang HIV Positif.
Dia mulai bercerita kepada rekan kerjanya, seorang guru agama Kristen.
"Ternyata dia tidak mengucilkan saya. Dia malah merangkul dan menyemangati saya," ungkapnya.
Ratna lalu mulai terbuka kepada kepala sekolahnya, guru-guru lain, serta beberapa muridnya.
"Mereka menerima saya," katanya.
Keterbukaan Ratna justru bermanfaat. Dia dengan mudah menyosialisasikan HIV kepada siapa pun, mulai murid hingga orang baru yang duduk di sampingnya kala dalam penerbangan.
Di lingkup paling kecil, sekolahnya, keterbukaan Ratna membuat para murid tak canggung bicara tentang apa pun yang kerap dituding sebagai gejala-gejala HIV.
"Kalau ada yang merasa terinfeksi dan mau periksa, saya bawa saja mereka untuk tes. Bagaimanapun, mengetahui lebih dini akan membantu pengobatan," jelas Ratna.
Ratna menganggap, keterbukaan adalah keharusan.
"Kalau saya menyembunyikan penyakit saya, saya merasa berdosa," katanya.